"Hadirilah Sidang Disertasi Doktoral Bapak Tuan Guru Bajang TGKH. M. Zainul Majdi, M.A, nanti hari Sabtu, 8 Januari 2011 M, pukul: 10:00 Waktu Kairo, di Aula Syeikh Abdul Halim Mahmud Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo " " Pokoknya NW, Pokok NW Iman & Taqwa " " Inna Akromakun Indi Anfa'ukum Linahdlatil Wathan Wainna Syarrokum Indi Adhorrukum Binahdlatil Wathan " " Dewan Tanfidziyah Perwakilan Khusus Nahdlatul Wathan Mesir Periode VI Masa Bakti 2010-2011 "

Saturday, November 28, 2009

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Dunia Islam

Pada masa hidup Rasulullah,saw. Kebutuhan tentang tafsir Alqur’an belumlah begitu di rasakan. sebab apabila para sahabat tidak atau kurang memahami sesuatu ayat Al qur’an, mereka dapat langsung menanyakannya kepada Rasulullah, saw. Dalam hal ini rasulullah selalu memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah rasulullah s.a.w wafat, apalagi setelah islam menebar sayapnya ke luar jazirah Arab, dan memasuki daerah-daerah yang berkebudayaan lama, terjadilah persinggungan antara kebudayaan baru islam yang masih dalam bentuk kesederhanaan-nya degan kebudayaan lama yang sudah sangant berpengalaman, perkembangan daya keuletan juang di pihak lain, Di samping itu kaum muslimin sendiri menghadapi persoalan-persoalan baru, terutama dalam bidang kepemerintahan dan pemulihan kekuasaan berhubung dengan meluasnya daerah islam itu. Pergeseran, persinggungan dan keperkuan ini menimbulkan persoalan baru. Persoalan baru itu akan dapat di pecahkan apabila ayat Alqur’an di tafsirkan dan diberi komentar untuk menjawab persoalan-persoalan yang baru itu. Maka tampillah kemuka babarapa orang Sahabat dan Tabi’ien memberanikan diri menafsirkan ayat Alqur’an yang masih bersifat umum dan golobal itu, sesuai dengan batas-batas lapangan berijtihad bagi kaum muslimin.


Demikianlah, setiap generasi akan mewarisi kebudayaan generasi-generasi sebelumnya; kebutuhan suatu generasi berlainan dan hampir tidak sama dengan kebutuhan generasi lain. Begitu pula perbedaan tempat dan keadaan, tidak dapat di katakan sama keperluan dan kebutuhannya, sehingga timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah di dapat dan di lakukan oleh generasi-generasi sebelumnya, serta saling tukar-menukar pengalaman yang di alami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah yang lain; mana yang masih sesuai di pakai, mana yag kurang sesuai dilengkapi dan man yang tidak seuai lagi di kesampingkan, sampai nanti keadan dan masa membutuhkan pula.
begitu pula halnya dengan Alqur’an ; ia berkembang mengikiti irama perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap generasi melahirkan tafsir –tafsir Alqur’an yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama islam sendiri. Dalam pada itu ilmu tafsir yang dahulu merupakan bahagian dari ilmu hadis telah berkembang sama dengan ilmu-ilmu yang lain, maka didalam ilmu tafsir terdapat pula aliran-aliran dan perbedaan pendapat yang timbul karena perbedaan pandangan dan segi peninjauannya, sehingga sampai saat ini terdapat puluhan, bahkan ratusan kitah-kitab tafsir dari berbagai aliran, sebagai hasil dari karya-karya generasi sebelumnya. Dalam menguraiakan perkembangan kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir dapat di bagi dalam tiga periode; yaitu periode mutaqoddimin, mutakhkhirin dan periode baru.
1) Periode mutaqoddimin
Penyebab umum timbulnya penafsiran periode ini
Al-qur’an kariem di turunkan dalam bahsa arab, karena itu pada umumnya orang-orang arab dapat mengerti dan memahaminya dengan mudah. Bahkan para sahabat adalah orang-orang yang paling mengerti dan memahami ayat-ayat Al-qur’an. akan tetapi para sahabat itu sendiri mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dalam memahami Alqur’an. Hal ini terutama di sebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan dan kcerdasan para shabat itu sendiri.
Sumber-sumber penafsiran periode ini
Pada masa ini penafsiran Alqur’an bersumber pada:
1. Perkataan, perbuatan, taqrir dan jawaba-jawaban dari Rasulullah saw. Atas soal-soal yang di kemukakan oleh para sahabat karena ketidak tahuan mereka ataupun karena pertanyaan dari ahli kitab yang ingin membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.
2. Ijtihad. Di antara para sahat dan tabi’ien dalam menafsirkan Alqur’an , di samping menggunakan hadis-hadis juga mereka menggunakan ijtihad mereka masing-masing. hal ini mereka lakukan karena mereka mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan bahasa arab, asbabunnuzul, adat-istiadat jahiliyyah dan sebagainya.
3. Cerita-cerita israiliyyat. Ialah cerita yang berasal dari orang-orang ahli kitab . kaum muslimin banyak menerima cerita dari israiliyyat ini. sebab Rasulullah sendiri pernah bersabda yang maknanya: “bila di kisahkan kepada kamu tentang ahli kitab maka jangan di benarkan dan jangan pula di anggap dusta” maksudnya adalah supaya kaum muslimin menelitinya terlebih dahulu tentang kebenarannya.
Ahli tafsir pada periode ini
Pada zaman sahabat terkenal beberapa mufassir diantaranya adalah para khalifah sendiri yaitu Abu bakar, umar bin khattab, utsman bi affan dan Ali bin abi thalib (radiyallahu anhum). sahabat yang paling banyak mengambil riwayat daripadanya ialah; Ali bin abi thalib, Abdullah bin abbas, Abdullah binmasud dan Ubay bin ka’ab.
Para tabiien yang banyak meriwayatkan dari ibnu Abbas adalah Mujahid, Atha’ bin rabah (27-114), ‘Ikrimah (25-105), dan Sa’id bin jubair (45-94 h). Semuanya adalah murid-murid Ibnu abbas sendiri. Tentang murid-murid Ibnu abbas yang empat orang ini telah berbeda penilaian di kalanganulamak, Mujahid adalah yang mendapat kepercayaan dari Ahlul hadis yaitu; Imam Syafi’ie, Bukhari, Muslim dan imam lainnya banyak mengambil riwayat darinya. Di samping itu banyak pula yang mengeritik karena sering berhubungan dengan ahli kitab namun keritikan-keritikan itu tidak mengurangi nilai beliau, demikian pula halny dengan Atha’ bin rabah dan said bin Jubauir. Adapu ikrimah banyak orang yang mengambil riwayat dari beliau, berasal dari bar-bar di afrika utara, serta bekas budak ibnu Abbas. Namun setelah di merdekakan dia langsung berguru pada beliau.
Dia antar tabiien yang banyak mengambil riwayat dari Abdullah bin masud ialah Masruq bin Ajda’ keturunan Arab dari bani hamdan, berdiam di kufah. Kemudian Qatadah bin diamah seorang arab yang berdiam di basrah.
Pada periode ini belumlah di dapati kitab-kitab tafsir, kecuali kitab-kitab tafsir yang di tulis oleh orang-orang terakhir di antara mereka yaitu orang mendapati masa Tabiittabiien. Setelah datang angkatan tabi’ittabi’ien barulah di tulis buku-buku tafsir yang melengkapi semua surat-surat Al-qur’an. Buku tafsir yang mereka tulis itu mengndung perkatan-perkataan para sahabat, tabi’ien dan tabi’ittabi’ien. Dan diantara tabi’ittabi’ien yang menulis tafsir itu ialah: Sufyan bin uyaynah, yazidbin harun, Al kalby, muhammad ishak, Al waqidy dan lainnya.
Penulis tafsir yang terkenal pada periode itu adalah Alwaqidy (207 H), sesudah itu baru Ibnu jarir Attabari (310 H). Tafsir Ibnu jarir adalah tafsir Mutaqaddimin yang paling besar dan sampai ketangan genersi sekarang.
2) Periode mutaakhirin
Setelah Agama islam meluaskan sayapnya ke daerah-daerah yang berkebudayaan lama, seperti persia, asia tengah, india, syiria, turki, mesir, etopia dan afrika utara. Terjadilah persinggungan danpergeseran antara kebudayaan islam dengan kebudayaan lama yang sudah di olah, berkembang serta mempunyai kekuatan dan keuletan.
Maka sejak waktu itu mulailah kaum muslimin mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang di anut oleh kebudayaan tersebut. Karena itu kaum muslimin mempelajari ilmu logika, filsafat, eksakta, hukum, kedokteran dan sebagainya. Sehingga dalam beberapa waktu saja telah dapat di miliki dan di bukukan ilmi-ilmu gaya bahasa, ilmu kindahan bahasa, dan segala yang berhubungan dengan ilmu bahasa.
Perubahan ini menimbulkan pula perubahan dalam penyusunan dan pemikiran kitab-kitab tefsir. Ahli tafsir tidak hanya mengutip dari para sahabat, Tabiien dan Tabiittabiien saja, tetapi mulai menyelidiki, meneliti danmembandingkan apa-apa yang telah oarang terdahulu dari mereka. Tidak hanya sampai demikian saja, bahkan para mufassir mulai menafsirkan dari segi gaya bahasa, keindahan bahasa, tata bahasa, di samping pengolah tafsir-tafsir Alqur’an dengan ilmu yang mereka miliki. Karena itu terdapatlah kitab-kitab tefsir yang di karang dan di tinjau dari berbagai segi yaitu:
1. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Alqur’an dari segi gaya bahasa dan keindahan bahasa. Yang menyusun seperti ini adalah seperti Azzamakhsyary dalam tafsirnya “ Al kasysyaf”. dan kemudian Al baydhowy dalam tafsirnya ” Anwaruttanzil fi attakwil”
2. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Alqur’an dari segi tata bahasa, kadang-kadang mereka menggunakan syair-syair arab ntuk mengokohkan pendapat mereka . seperti Azzajad dalam Tafsirnya “Maanil qur’an”, Alwahidy dalam tafsirnya “Al bashit”, Abu hayyan dalam tafsirnya “Albahrul muhit”.
3. Golongan yang menitik beratkan pembahasan mereka dari segi kisah-kisah dan cerita terdahulu seperti Atssta’laby, Alauddin al bagdady. Dan tafsir Al khazin juga tergolong aliran ini.
4. Golongan yang mengutamakan penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum, menetapakan hukum-hukum fiqih. Penafsiran seperti ini adalah seperti Alqurtuby dalam tafsirnya “Ahkamul qur’an”, Al jashas dalam tafsirnya “Ahkamul qur’an, Hasan siddiq khan dalam tafsirnya “ nailul maram”.
5. Goongan yang menitik beratkan pada tafsirnya dengansifat-sifat Allah. Ayat-ayat yang seakan-akan berlawanan dengan sifat ketuhanan, lalu dengan panafsiran itu teranglah bahwa ayat itu tidaklah bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan yang sesungguhnya. aliran ini yang terkenal seperti Fakhruddin arrazi dalam tafsirnya “Mafatihul ghaib”.
6. Golongan yang menitik beratkan penafsirannya pada isyarat-isyarat Alqur’an yang berhubungan dengan ilmu suluk dan thasawwuf, seperti tafsir Attsaury.
7. Golongan yang hanya memperkatakan lafaz Akqur’an yang gharib (jarang di pakai dalam keseharian) seperti “ mu’jam Algaribil qur’an”, nukilan Muhammad fuad abdul baqy dari sohih bukhary.
Di samping itu kita juga mendapatkan kitab-kitab tafsir yang beragam sesuai dengan aliran aqidah misalnya tafsir golongan mu’tazilah dan syi’ah.dan lainnya.
3) Tafsir pada periode baru
Periode ini boleh di katakan di mulai sejak akhir abad ke 19 sampai saat ini. Penganut agama islam setelah sekian lama ditindas dan di jajah bangsa barat telah mualai bangkit kembali. di mana ummat islam telah merasa agama mereka di hinakan dan menjadi alat permainan, serta kebudayaan mereka telah di rusak dan di nodai.
Maka terkenallah modernisasi Ialam yang di lakukan di Mesir oleh tokoh-tokoh islam jamaluddin Alafghani dan murid beliau syaikh Muhammad abduh. Di pakistan dan india di pelopori oleh sayyid ahmad khan. modernisasi ini bukan di mesir dan pakistan saja tapi menjalar juga ke indonesia yang di pelopori oleh H.O.S cokro aminoto dengan syarikan islamnya kemudian K.H.Ahmad dahlan dengan gerakan Muhammadiyyahnya dan K.H. Hasyim asyari dengan N.U-nya serta tidak ketinggalan pula K.K M.Zainuddin abdul majid dengan organisasi NW-nya.
Bentuk modernisasi pada masa ini adalah menggali kembali Api yang telah hampir padam, membela agam islam dari serangan barat, kaum muslimin mempelajari pengetahuan dan kemajuan-kemajuan, bahkan tradisi barat yang di pakai barat untuk di jadikan alat penangkis serangan-serangan itu.
Begitu pulalah kitab tafsir yang di karang periode ini, mengikuti garis perjuangan dan jalan pikiran kaum muslimin pada waktu itu, seperti halnya : tafsir “Almanar” yang di tulis oleh rasyid ridha, tafsir “mahasinutta’wil” oleh syeh jamaluddin Alqosimi, tafsir “Ajawahir” oleh thabtowi jauhari dan lainnya yang tidak seidkit jumlahnya.

Tafsir Alqur’an di indonesia
Usaha penafsiran Alqur’an dalam bahsa indonesia telah di lakukan oleh para ulamak islam indonesia. Sampai sekarang telah ada beberapa kiatab Alqur’an selangkapnya yang sudah di terbitkan.
Dalam PELITA 1 (1969) penafsiran Alqur’an adalah termasuk salah satu proyek yang di utamakan, sebagaimana halnya penterjemahan Alqur’an yang di laksanakan oleh Departemen Agama RI. Untuk pelaksaaannya maka di bentuklah dewan penyelenggeara tafsir Alqur’an (SK menteri Agama no. 90 tahun 1972). dewan ini telah menyelesaikan tugasnya dan akhirnya “Al qur’an dan tafsirnya” dapat di terbitkan (dalm 10 jilid dan 1 jilid muqoddimah).
Demikianlah...!!! wallahu a”lam bisshowab.... walhamdulillah



Oleh: eM_Ka alfaridi
Mahasiswa Univ. Al Azhar.
jurusan Tafsir dan ilmu-ilmu Alqur’an

Baca selengkapnya...

Tasawwuf Merupakan Satu Diantara Tiga Pilar Agama Islam

TASAWWUF MERUPAKAN SATU DIANTARA TIGA PILAR AGAMA ISLAM

A. Pendahuluan
Tasauf merupakan bagian integral dari ajaran spiritual Islam yang bersumber dari al-qur’an dan al-Sunnah, lahir bersamaan dengan lahirnya agama Islam itu sendiri serta tampak pada prilaku hidup baginda Rosulullah saw. Namun tasauf berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu baru muncul pada abad kedua atau ketiga Hijriyah. Sebelumnya, istilah tasauf belum dikenal dikalangan masyarakat islam akan tetapi bukan berarti ajaran tasauf belum ada pada permulaan Islam, ia sudah ada tetapi tidak secara eksplisit sebagaimana layaknya sebuah disiplin ilmu lain. Bahkan jika kita merujuk lebih jauh kebelakang tidak hanya tasauf yang tidak dikenal pada periode awal Islam, disiplin ilmu yang lainpun seperti fiqih, tauhid, tafsir, ilmu hadists juga belum dikenal pada masa itu. Tetapi berbaur dengan prilaku hidup beliau dan para sahabat.


Melalui tulisan yang singkat ini penulis ingin mengingatkan kembali kepada umat islam bahwa ajaran tasauf bukanlah suatu ajaran yang menyimpang dari Islam bahkan ia merupan salah satu pilar pokok agama islam itu sendiri yang di kenal sebagai maqom al ihsan sebagai mana yang di di kutip hadis yang di kenal dengan hadis jibril .Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin, menjelaskan ada tiga macam ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, yaitu ilmu fiqih, ilmu tauhid dan ilmu tasauf/ilmu akhlaq. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ajaran tasauf bukanlah milik kelompok tertentu saja, tapi ia harus dimiliki oleh setiap orang kapan dan dimanapun dia berada.minimal ajaran tasauf yang bersifat sederhana seperti sabar, syukur, tawakkal dan sebagainya. Karena tasauf mengajarkan nilai-nilai spiritual yang membawa kepada kesejukan, ketentraman dan kedamaian bagi jiwa manusia.
Tasauf merupakan ajaran keruhaniaan yang menekankan kepada kesuciaan jiwa, hati (qalbu) dengan konsep takhally(pembersian jiwa), tahally(menghiasi jiwa) dan tajally(terungkapnya rahasia ilahiyah) melalui riyadhah(latihan) yang dilakukan secara kontinyu, baik melalui dzikr, kontemplasi dan amal-amal shaleh lainnya menuju insan kamil (manusia paripurna).yaitu manusia yang berakhlak mulia.
B. Pengertian Tasauf
secara etimologi (bahasa) pengertian tasauf dapat dibagi menjadi beberapa pengertian, seperti dibawah ini:
1. Tasauf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekolompok sahabat Rasulullah yang hidupnya banyak berdiam di serambi masjid nabawi, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah.
2. Tasauf berasal dari kata shaf (baris); yang maksudnya adalah barisan pertama shalat di mesjid. Shaf pertama selalu ditempati para Sufi dalam shalat berjamaah.
3. Tasauf dikatakan berasal dari kata “shafa”, yang artinya kesucian, yakni kesucian jiwa sang Sufi setelah mengadakan “penyucian” jiwa dari kotoran-kotoran atau ketergantungan pada selain Allah swt..
4. Tasauf berasal dari kata shaufana, yaitu sebangsa buaha-buahan kecil berbulu-bulu yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, di mana pakaian kaum Sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.
Pengertian tasauf secara terminologi (istilah) para ulama juga mendefenisikannya beragam. Menurut Syekh al- Islam Zakaria al-Ansari:
“Tasauf mengajarkan cara untuk mensucikan diri, meningkatkan moral dan membangun kehidupan jasmani dan rohani guna mencapai kebeningan hati . Unsur utama tasauf adalah penyucian jiwa, dan tujuan akhirnya adalah tercapainya kebahagian dan keselamatan abadi”.
Ketika Muhammad al-Jurayri ditanya tentang tasauf, beliau menjelaskan, “Tasauf berarti menyandang setiap akhlak yang mulia dan meninggalkan setiap akhlak yang tercela”.
Ma’ruf al-Karkhi, tasauf adalah mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada ditangan makhluk.
Guru kami yang mulia Maulana as-syeikh yusuf al-hasani ra berkata bahwa tasawwuf adalah al-muwafaqoh li irodatillah(kepatuhan dan ketundukan secara total pada keinginan Allah swt)
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa tasauf adalah suatu ajaran yang selalu berupaya membawa orang-ornag yang menyelaminya berada dalam kesucian jasmani dan ruhani lahir dan batin, ta’at kepada Allah dan Rasulnya, selalu berusaha menghiasi diri dengan segala sifat-sifat mahmudah (terpuji) dan meningglakn segala sifat-sifat mazmumah (tercela) dalam upaya meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. melalui takhalli, tahalli dan tajally. Manusia pada fitrahnya memiliki dasar kesucian, yang kemudian harus dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan baik kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian itu disebut hanifiyah karena manusia adalah makhluk yang hanif.(suci) Sebagai makhluk yang hanif manusia memiliki dorongan naluri kearah kebaikan dan kebenaran atau kesucian. Pusat dorongan hanifiyah itu terdapat dalam dirinya yang paling dalam dan paling murni, yang disebut hati (qalbu).
Manusia memiliki potensi dasar untuk selalu ta’at kepada Allah, atau dengan kata lain manusia itu memiliki kecenderungan kepada kebenaran. Konsepsi Islam mengenai potensi dasar manusia berupa pengakuan akan adanya Allah sebagai Tuhan, atau cenderung kepada kebenaran secara eksplisit diungkapkan dalam al-qur’an “Dan ketika Tuhannmu mengeluarkan keturunan dasri putra-putra Adam, dari sulbi mereka, dan membuat persaksian atas diri mereka snediri; ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, benar, kami bersaksi.” (QS. Al-A’raf: 7/12). Orang-orang yang ber-tasauf (Sufi) hatinya selalu mengingat Allah dalam segala gerak langkah dan tindakannya, Allah selalu hadir dalam setiap denyut nadi dan detak jantungnya bahkan setiap tarikan nafasnya dalam rangka upaya penyucian jiwa sebagai ungkapan ubudiyahnya kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk mencapai kehidupan yang abadi.
C. Sejarah Singkat Tasauf
Istilah Sufi baru muncul kepermukaan pada abad kedua Hijriyah, sebelum itu Kaum muslimin dalam kurun awal Islam sampai abad pertama Hijriyah belum mengenal istilah tersebut.Namun bentuk amaliah para Sufi itu tentu sudah ada sejak dari awal kelahiran Islam itu di bawa oleh Rasulullah Muhammad saw, bahkan sejak manusia diciptakan.
Sejarah historis ajaran tasauf mengalami perkembangan yang sangan pesat, berawal dari upaya meniru pola kehidupan Rasulullah saw. baik sebelum menjadi Nabi dan terutama setelah beliau bertugas menjadi Nabi dan Rasul, perilaku dan kepribadian Nabi Muhammad saw lah yang dijadikan tauladan utama bagi para sahabat yang kemudian berkembang menjadi doktrin yang bersifat konseptual. Tasauf pada masa Raulullah saw. adalah sifat umum yang terdapat pada hampir seluruh sahabat-sahabat Nabi tanpa terkecuali. Menurut catatan sejarah dari sahabat Nabi saw yang pertama sekali melembagakan tasauf dengan cara mendirikan madrasah tasauf adalah Huzaifah bin Al-Yamani, sedangkan Imam Sufi yang pertama dalam sejarah Islam adalah Hasan Al-Basri (21-110 H) seorang ulama tabi’in, murid pertama dari Huzaifah Al-Yamani beliau dianggap tokoh sentral dan yang paling pertama meletakkan dasar metodologi ilmu tasauf. Hasan Al-Basri adalah orang yang pertama memparaktekkan, berbicara menguraikan maksud tasauf sebagai pembuka jalan generasi berikutnya.
Tasauf sebagai sebuah disiplin keilmuan Islam, baru muncul pada abad ke II H/XIII M, atau paling tidak dalam bentuk yang lebih jelas pada abad ke III H/X M. Namun, sebagai pengalaman spiritual , tasauf telah ada sejak adanya manusia, Usianya setua manusia. Semua nabi dan Rasul adalah Sufi, yang tidak lain adalah manusia sempurna (insan kamil). Nambi Muhammad adalah Sufi terbesar karena beliau adalah manusia sempurna yang paling sempurna.
D. Sumber Ajaran Tasauf
Menurut para Sufi, bahwa sumber tasauf adalah dari agama Islam itu sendiri, tasauf merupakan saripati dari ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an, al-Sunnah, aqwal dan aktifitas sahabat, aktifitas dan aqwal tabi’in. Diakui memang banyak pendapat yang mengatakan bahwa ajaran tasauf Islam bukanlah semata-mata lahir dari ajaran Islam tetapi ia lahir merupakan perpaduan atau pengaruh berbagai unsur ajaran agama sebelum agama Islam itu lahir, seperti pengaruh ajaran Hindu, Yahudi, Kristen, Persia, Yunani dan sebagainya. Namun penulis tetap berkeyakinan bahwa tasauf Islam adalah murni bersumber dari semangat dan ruh ajaran Islam itu sendiri serta perilaku Rasul dan sahabat-sahabat beliau, kendatipun terdapat kesamaan antara ajaran tasauf Islam dengan ajaran spiritual agama-agama lain itu hanya secara kebetulan saja. Karena memang semua agama mengajarkan nilai kehidupan spiritual, apakah lagi agama Yahudi, Kristen dan Islam sama-sama bersumber dari yang satu, tentulah ada kesamaan di antaranya tetapi bukan berarti ajaran tasauf Islam merujuk kepada ajaran agama lain selain Islam. Semua agama sealalu berusaha membimbing dan meyadarkan manusia untuk mampu melihat realitas lain yang lebih hakiki, yaitu realitas Ilahi.Dalam Islam, hal-hal yang berhubungan dengan kecerdasan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah); kerendahan hati (tawadhu); berusaha dan berserah diri (tawakkal); ketulusan, totalitas (kaffah); keseimbangan (tawazun); integritas dan penyempurnaan (ihsan) itu dinamakan akhlakul karimah (akhlak yang mulia).
Dasar ajaran tasauf dalam al-Qru’an antara lain:
“Dan kepunyaan Allahlah timur dan barat, maka kea rah manapun kamu menghadap di situ akan kamu jumpai wajah Allah.” (QS. Al-Baqarah: 2/115)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah); bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabil mereka berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintha-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepas-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 2/186)
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaf : 50/16)
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du: 13/28)
Dasar ajaran tasauf dari hadits:
أن تعبد الله كأ نك تراه فإ ن لم تكن تراه فإ نه يراك (متفق عليه)
Artinya:
“Sembahlah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ia pasti melihatmu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya, dan barangsiapa yang mengenal Tuhannya niscaya dirinya akan binasa.( al-Hadits)
“Dulu Aku (Allah) adalah sebuah permata tersembunyi, namun Allah ingin dikenal, maka allah menciptakan makhluk dan dengannya Akupun dikenal.” (al-Hadits)
Ingatlah, dalam diri manusia terdapat segumpal daging, apabila daging itu baik, maka akan berpengaruh baik pula kepada tubuh secara keseluruhan, akan tetapi apabila ia rusak, maka rusak pula tubuh secara keseluruhan, daging itu adalah hati. (HR. Bukhari)
Hati adalah suatu hal yang selalu dibahas dan dibicarakan dalam ajaran tasauf, dan inilah yang selalu menjadi objek kajian, tema sentral tasauf. Hati harus selalu diasah dan dipertajam untuk menerima panjaran nur Ilahi melalui dzikrullah, dan amal shaleh lainnya, karena bila hati itu kotor ia tidak akan dapat menerima pancara nur Allah swt. Namun apabila hati itu bersih ia bening lakasana kaca niscaya ia dapat menerima pancaran nur Allah dan dapat pula memantulkan cahaya, disaat hati bersih bening laksana kaca terbukalah baginya hijab (tabir) dan muncullah musahadah, mukasyafah, ma’rifat dan tersingkaplah baginya rahasia-rahasia alam gaib.


E. Tujuan Ajaran Tasauf
Tasauf sebagai asfek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran akan adanya hubungan komonikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut dipahami sebagai pengalaman spiritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan.Komonikasi antara manusia dengan Tuhan sebenarnya sudah mulai terjalin ketika seseorang berada di alam rahim dalam kontak perjanjian primordial antara Tuhan dengan jiwa-jiwa manusia sebelum lahir, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, benar, kami mengakui (Engkau Tuhan kami). (QS. Al-A’raf: 7/172). Namun setelah manusia itu lahir ke dunia ini, karena kelalaian manusia akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang hamba disebabkan kesibukan duniawi,komonikasi itu nyaris terputus dan seyogianya manusia harus berupaya menjalin komonikasi itu kembali untuk menuju hubungan yang harmonis dan intim dengan Allah swt. Pada hakikatnya setiap ruhani senantiasa rindu ingin kembali ketempat asalnya, selalu rindu kepada kekasihnya yang tunggal. Bilamana kelihatannya, dia lupa disebabkan perjuangan hidup duniawi, lupanya itu karena terpendam, sebab rindu itu, ada pada setiap insan individu, hati kecil selalu rindu ingin bertemu sang kekasih yakni Allah swt.
Tujuan akhir mempelajari ajaran tasauf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah) dalam rangka mencapai ridha-Nya, dengan mujahadah malalui latihan (riyadhah) spiritual dan pembersihan jiwa, atau hati (tazkiyah al-anfus). Jiwa dan tubuh bersifat saling mempengaruhi. Apabila jiwa sempurna dan suci, maka perbuatan tubuh akan baik. Bergitu pula sebaliknya, dengan dihiasi akhlak yang diridhai oleh Allah. Ibrahim bin Adham (w. 742) mengatakan, Tasauf membawa manusia hidup menurut tata aturan kehidupan yang sebenarnya sesuai dengan konsef al-Qur’an dan al-Sunnah sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw. seperti hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan, syukur, tawadhu, hidup dengan melakukan sesuatu pada tempatnya. Dikalangan para Sufi mendekatkan diri kepada Allah dapat ditempuh dengan berbagai maca cara melewati stasiun-stasiun atau maqamat-maqamat tertentu seperti zuhud, wara’, taubat, raja’, khauf, sabar dan seterusnya sampai pada puncaknya ke tingkat ma’rifat, itulah kenikmatan tertinggi yang di alami dan dirasakan para Sufi yang tidak dapat dilukiskan dan di gambarkan dengan kata-kata ataupun simbol-simbol.Kendatipun pengalaman spiritual itu dicoba untuk dijelaskan dengan kata-kata atau apapun bentuknya, itu tidak akan sama persis dengan apa yang dialami oleh yang menceritakan (Sufi). Pengalaman spiritual seorang Sufi kalau dianalogikan tak obahnya bagaikan rasa mangga, bagaimanapun seseorang menjelaskan rasa magga kepada orang lain tetapi kalau seseorang tersebut belum pernah mencicipi rasa mangga, dapat dipastikan bahwa ia tidak akan paham dan mengerti bagaimana rasanya mangga yang sesungguhnya. Dengan kata lain pengalaman spiritual para Sufi itu dapat dirasakan tetapi tidak dapat diungkapkan. Biasanya beberapa model ungkapan verbal yang dipilih para Sufi dalam menyampaikan pengalaman spiritualnya, yang paling popular adalah penggunaan ungkapan-ungkapan yang bernada puitis, berbentuk humor dan kisah-kisah.Sehingga dengan demikian pesan-pesan, nasehat-nasehat yang mereka tuliskan dapat ditafsirkan para pembaca sesuai dengan kemampuan daya nalar mereka dalam menangkap pesan yang terkandung dibalik teks tersebut.
f. Manfaat Mempelajari Tasauf
Mempelajari tasauf membawa manfaat yang sangat banyak dalam kehidupan ini, baik secara individu, masyarakat, bangsa dan negara. Bila semua orang bertasauf insyaallah bumi ini akan aman dari segala konflik dan permusuhan, karena ajaran tasauf selalu membawa pesan-pesan universal yang bernuansa kesejukan, kedamaian, ketentraman, cinta kasih antara sesama, bahkan dengan alam, lingkungan dan makhluk-makhluk lainnya. Ajaran tasauf datang menembus lintas suku, ras, etnis bahkan agama. Para Sufi seperti Ibn ‘Arabi umpamanya, sangat menghargai dan menghormati pluralisme agama(walaupun tidak menyetujui). Dengan demikian konsep ajaran tasauf sangat toleran, terbuka dan dapat diterima oleh semua golongan, kelompok dan semua kalangan.
Orang-orang yang mengamalkan ajaran tasauf (para Sufi) hidupnya akan terasa lebih bermakna, indah, dan penuh kesederhanaan dalam menjalani kehidupan ini, segala sesuatunya dijalani dengan ikhlas, syukur, sabar, qana’ah, dan tawakkal atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dirinya, tidak mengeluh dan tidak putus asa, tetapi selalu optimis dalam mengarungi hidup ini dan segala sesuatunya dikembalikan kepada Allah swt. Para Sufi selalu mampu menangkap pesan-pesan dan hikmah dibalik realitas yang terjadi di alam ini.
Para Sufi sangat menyadari betul akan siapa dirinya dan bagaimana posisinya dihadapan Allah yang menciptakannya dan mereka sudah mampu menguasai hawa nafsu mereka, sehingga dengan demikian segala apa yang mereka lakukan selalu berada dalam koridor kepatuhan, ketaatan dan ketundukan kepada Allah swt. dengan penuh keridhaan, kecintaan dan mereka pun diridhai dan dicintai oleh Allah, bahkan Allah mengundang mereka kesebuah perjamuan yang sangat indah. “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 89/27-30). Orang-orang yang diundang oleh Allah tentunya tidak sembarang orang. tetapi yang diundang adalah mereka yang sudah sampai ketingkat (maqam) insan kamil (manusia paripurna) yang didalam diri mereka sudah tercermin sifat-sifat Tuhan.
G. Tasauf sebagai Solusi utama dalam kehidupan manusia
Di zaman modern dan global sekarang ini, manusia di Barat sudah berhasil mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdesan intelektualnya) untuk mencapai kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat dibendung lagi akan tetapi kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir adalah sains dan teknologi sekuler. Manusia saling berpacu meraih kesuksesan dalam bidang material, soial, politik, ekonomi, pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan seterusnya, namun tatkala mereka sudah berada dipuncak kesuksesan tersebut lalu jiwa mereka mengalami goncangan-goncangan mereka bingung untuk apa semua ini. Kenapa bisa terjadi demikian, karena jiwa mereka dalam kekosongan dari nilai-nilai spiritual, disebabkan tidak punya oreintasi yang jelas dalam menapaki kehidupan di alam dunia ini. Sayyid Hussein Nasr Menilai bahwa keterasingan (alienasi) yang di alami oleh orang-orang Barat karena peradaban moderen yang mereka bangun bermula dari penolakan (negation) terhadap hakikat ruhaniyah secara gradual dalam kehidupan manusia. Akibatnya manusia lupa terhadap eksistensi dirinya sebagai ‘abid (hamba) di hadapan Tuhan karena telah terputus dari akar-akar spiritualitas.Hal ini merupakan fenomena betapa manusia moderen memiliki spiritualitas yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung tidak mampu menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup.
Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan) itu, secara pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek kualitas iman itu benar atau salah. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa agama selalu mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya. Manusia bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena manusia selalu punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi diluar dirinya (Tuhan) atau apapun bentuknya dan agama diturunkan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk rasional dan spiritul.
Pandangan dunia sekuler, yang hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan menyingkirkan manusia moderen dari segala asfek spiritual. Akibatnya mereka hidup secara terisolir dari dunia-dunia lain yang bersifat nonfisik, yang diyakini adanya oleh para Sufi. Mereka menolak segala dunia nonfisik seperti dunia imajinal atau spiritual sehingga terputus hubungan dengan segala realitas-realitas yang lebih tinggi daripada sekedar entitas-entitas fisik.Sains moderen menyingkirkan pengetahuan tentang kosmologi dari wacananya. Padahal kosmologi adalah “ilmu sakral” yang menjelaskan kaitan dunia materi dengan wahyu dan doktrin metafisis. Manusia sebenarnya menurut fitrahnya tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan spiritual karena memang diri manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan ruhani, manusia disamping makhluk fisik juga makhluk non fisik. Dalam diri manusia tuntutan kebutuhan jasmani dan rohani harus dipenuhi secara bersamaan dan seimbang, kebutuhan jasmani dapat terpenuhi dengan hal-hal yang bersifat materi sedangkan kebutuhan ruhani harus dipenuhi dengan yang bersifat spiritual seperti ibadah, dzikir, etika dan amal shaleh lainnya. Apabila kedua hal tersbeut tidak dapat dipenuhi secara adil maka kehidupan manusia itu dapat dipastikan akan mengalami kekeringan dan kehampaan bahkan tidak menutup kemungkinan bisa mengalami stres.
Salah satu kritik yang ditujukan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi moderen dari sudut pandang Islam ialah karena ilmu pengetahuan dan teknologi moderen tersebut hanya absah secara metodologi, tetapi miskin dari segi moral dan etika. Pandangan masyarakat moderen yang bertumpu pada prestasi sains dan teknologi, telah meminggrikan dmensi transendental Ilahiyah. Akibatnya, kehidupan masyarakat moderen menjadi kehilangan salah satu aspeknya yang paling fundamental, yaitu asfek spiritual.
Agama Islam datang membawa pesan universal dengan ajaran yang komprehensif menawarkan solusi dalam berbagai permasalahan kehidupan umat manusia diantaranya berupaya untuk mempertemukan kehidupan materialsitis Yahudi dan kehidupan spiritual Nasrani, menjadi kehidupan yang harmonis antara keduanya. Di bawah bimbingan Nabi Muhammad Rasulullah saw. Kaum muslimin dapat membentuk pribadinya yang utuh untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat dengan melakukan ibadah dan amal shaleh, sehingga mereka memperoleh kejayaan di segala bidang kehidupan.Islam mengajarkan kepada umatnya akan keseimbangan untuk meraih kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akhirat secara bersamaan.
PENUTUP
Tasauf Islam suatu ajaran kerahanian (spiritual) yang bersumber dari ruh syari’at Islam itu sendiri yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Para Sufi dalam mengamalkan ajaran tasauf dengan selalu merujuk kepada akhlak, kepribadian dan ketauladanan Rasulullah swa. Sahabat Nabi yang mula-mula melembagakan ajaran tasauf adalah Huzaifah bin Al-Yamani dengan mendirikan sebuah madrasah yang khusus mengajarkan ilmu tasauf, kemudian dilanjutkan oleh salah seorang muridnya yakni Hasan Al-Basri dari kalangan tabi’in.
Tujuan akhir dari ajaran tasauf adalah untuk mendekatkan diri seorang hamba kapada Allah sebagai Khaliknya melalui riyadhah melewati stasiun-stasiun atau maqamat-maqamat tertentu, dengan selalu mensucikan jiwa (nafs) lahir dan bathin dalam upaya mempersiapkan diri menggapai ma’rifatullah. Apabila seseorang mengalami kebingunagan, kebimbangan, dan kehampaan dalam mengahrungi bahtera kehidupan ini karena mengahadapi berbagai problem dan permasalah silakan kembali kepada agama sesegera mungkin, insyaallah agama islam akan memberikan solusi yang terbaik bagi umatnya. Kehampaan spiritual yang di alami orang-orang Barat, karena disebabkan paradigma peradaban yang mereka bangun dari awal telah menyatakan adanya pemisahan antara sains dan agama, padahal seharunya keduanya harus saling bersinergi. Tasauf Isalam tidak menafikan sains, bahkan tasauf Islam banyak menyumbangkan pemikiran dalam bidang filsafat, sastra, musik, psikologi, dan sains modren.
Masalah keterasingan adalah masalah kejiwaan. Manusia berperan sebagai penyebab munculnya keterasingan dan sekaligus sebagai korban yang harus menanggung akibatnya. Dalam konteks ajaran Islam, untuk mengatasi keterasingan jiwa manusia dan membebaskan dari derita keterasingan, justru harus menjadikan Allah swt sebagai tujuan akhir,Allah yang Maha wujud dan Maha absolut. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak berarti dihadapan eksistensi yang Maha absolute yaitu Allah swt.. wallahu ‘alam…

DAFTAR PUSTAKA

1.pengajian-pengajian di Darul hasani center bersama Maulana assyeikh Yusuf al hasani Ra,ust rohimuddin nawawi(kholifatussyeikh),abu almawahib dan lain-lain
2.ihya ulumuddin dan minhajul ‘Abidin (Al imam Gozali)
3.risalah qusyairiyah(al-imam Abd karim al-qusyairy)
4. haqoiq ‘Anittasowwuf(maulana syeikh abd qodir isa al halabi)dll

Oleh : al-faqir Sultan mujahidin

Baca selengkapnya...

Wednesday, November 25, 2009

Perbedaan Menajdi Sebuah Keharusan…!!!

Menurut penulis kalimat “perbedaan menjadi sebuah keharusan…!!! adalah sebuah slogan, kalau pembaca mungkin menganggapnya bukan selogan entah apa istilah yang menurut pembaca yang tepat menurut latar belakang pendidikan kita dan kita melihatnya dari sudut pandang apa…tentunya…! Eh kok memandang yang sudut sich…maksudnya..?? penulis ingin menekankan bahwa dalam memandang sesuatu setiap orang akan berbeda pendapatnya sesuai dengan posisi dan sesuai dengan keadaannya..!! sebelum terlalu dalam kita masuk membahas tentang perbedaan sebaiknya kita tinjau pendapat para ulama’ senior kita (hehe alnya kitakan masih junior amiiin!!) tentang apa itu perbedaan.


Dalam bahasa araab perbedaan sering diistilahkan ‘ikhtilaaf’ atau mukhalafah’ yang artinya menentukan sebuah sikap yang berbeda dengan yang lainnya baik dalam baik dalam tingkah laku maupun ucapan..sedangkan istilah khilaf lebih umum dari berlawanan sebab semua berlawanan pasti akan berbeda dan tidak semua yang berbeda akan berlawanan…sehingga kalau kita merenungkan tuntunan Allah dalam Al-Qur’an dalam menggambarkan perbedaan yang terjadi dalam manusia baik dalam hal penciptaan maupun dalam berpendapat Allah menggunakan kata إختلف dan tidak menggunakan kata خلف .
Mari kita lihat dalam Alqur’an surah maryam ayat 37 (فاختلف الآحزاب ..... ) demikian juga dalam surah Hud ayat 118(.....ولا يزا لون مختلفين) berarti perbedaan adalah sunnah Allah Lebih dalam lagi kita menulusuri alqur’an Dlam surah Fhatir ayat 7-8 Allah berfirman
(ألم تر أن الله أنزل من السماء ماء فأخرجنا به مختلفا ألوانها .........ومن الناس والدواب والانعام مختلف ألوانه كذالك .... )
Demikian juga dalam surah azzaariyat ayat 49 ( ومن كل شيئى خلقنا زوجين لعلكم تذكرون )….
nah kalau begitu kenapa bisa terjadi ikhtilaf..???
Menurut hasil riset para ulama’ senior kita ada dua hal yang junior bisa sampaikan secara garis besar nah kalau secar garis kecilnya biar pembaca aja yang melengkapinya …biar terjadi ikhtilaf ..!!
1. Perbedaan tingkat keceerdasan dan pemahaman
Dalam shahih bukhari dijelskan bahwa rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muawiyah RA “ من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين وإنما أنا قاسم والله عز و جل يعطي... )nah yang jadi smartvoipnya adalah kata “ " وإنما أنا قاسمbahwasanya rasulullah SAW membagi ilmu kepaada semua sahabat sama namun dalam hal pemahamn itu berbeda sehingga terjadi perbedaan pendpat serta patawa di antara para kibar sahabiyyiin contoh dalam hal pembgian gonimah sayyidina abu bakar membagi rata semua sahabat tanpa membedakan strata sahabat tersebut berbeda dengan syyidina umar ra beliau membagi harta gonimah dengan membedakan strata para sahabat.
bahkan ada kisah yang sangat indah yang terjadi diantara sahabat dalam tafsir attobary diceritkan ada seorang laki-laki minta fatwa kepada sayyidiana ali ra kemudian ia bertemu dengan syyidina umar dan menceritakan kejadiannya lalu syyidina umar berkata kalau menurutku berbeda dengan pendapat ali ra laki-laki itu berkata terus apa yang menghalangi tuan untuk menghukumi seperti itu padahal tuan adalah amiril mukminin ,,sayyidina umar menjawb seaandainya masalah ini ada dalam alqur’an dan hdits niscaya akan kulakukan akan tetapi ini adalah masalah pendapat dan pendapat itu sama dan aku tidak tahu mana pendapat yang paling benar…!!
2. Berbeda cara pandang dalam nash alquran dan sunnah sesuai dengan tingkat pemahaman
Dalam memknai ini DR Muhammad saalim memberikn penerngan bahwa aqal itu berbeda kemampuannya dalam menelurkan hokum-hukum dalam menenlurkan hukum-hukum dari nash daan berbeda tingkat kemmpuan dalam hal mengethui tingkat maslshat mupun mafsadatnya juga mamfaat maupun mudaratnya dan itu bersumber dari satu nash yang sama dan mempunyai tujuan yang sama yaitu mendpatkan maslahatnya dan menolak mudharatnya….
Nah berarti jeleknya dimana??? beliau melanjutkan lagi bahwa tempat jelekny dlah taashshub berelebihan dengan sebuah fatwa atau pemikiran sehingga menjadikan pengikutnya menganggap bahwa kebenaran haqiqi hanya ada dalam kelompoknya atau thoriqohnya dn menganggap bahwa hanya mereka yang memiliki kunci hikamah itu dan orang lain tidak mendapatkannya dan merasa hanya pendpatnya yang benar yang lainnya salah..!!wah keras juga ini senior kita kasih suntikan buat pembca yang sudah senior dan terutama penulis yang masih junior…!!!
Cara Para sahabt menyikapi sebuh perbedaan…!!!
wah ini penting bagi yang ingin melkskannya kalu gak….!!h asl tulis aja dehhh..!!habis pembhsannnya perbedan y harus beda….
1. perbedaan bukan terjadi disebabkan dengan msalah kepentingan melainkn amanat ilmiyah murni
2. mereka saling menghormati perbedaan pendapat sebagaimana kisah umar tadi
3. perbedaan bukan terjadi dalam masalah ushul akan tetpi masalah puru’ saja dalam hal syri’ah maupun aqidah’..hati2 tanda kutip..!
4. persudraan sebagai muslim yang mengikat diantara mereka yang sangat urgen tidk tergoyahkan dan berat diatas perbedaaan…!!!
Terakhir yaa …ni terakhir pembaca sebuah qoidah ulama’ dalaam menyikapi sebuah perbedaan …tulis arab aja yaa biar kelihatan keren..!! “وكان كل منهم يرى
Oleh: Sukarnawadi, S.Pd

Baca selengkapnya...

Mencermati PR Utama PwK NW-Mesir

Semenjak tahun 2003 hingga kini, warga NW di Mesir senantiasa termotivasi untuk terus mengkaji literatur-literatur NW, melestarikan ritual-ritual NW, serta merayakan hari-hari besar NW di bawah tenda unik bermerek PwK NW-Mesir. Sudah menjadi lumrah ketika sayap PwK NW Mesir kini semakin dibentangkan demi tercapainya cita-cita umat dan bangsa. Sudah saatnya jualah PwK NW-Mesir terus berupaya semaksimal mungkin mempertahankan (atau mengembalikan) otentitas NW yang belakangan tampak semakin sirna dan pudar. Mengapa?.
Dalam aspek-aspek prinispil berupa akidah dan syariah, PwK NW-Mesir seharusnya sadar bahwa NW merupakan organisasi Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang anti wahabisme. Bukan hanya itu, seluruh anggota PwK NW-Mesir ¬(yang menjadi harapan serius NW di pusatnya) pun wajib menyadari bahwa NW adalah oragnisasi anti teokrasi!. Ini poin penting, karena apabila wahabisasi dan teokratisasi dibiarkan marak dan fenomenal di tubuh PwK NW-Mesir atau NW pada umumnya, maka otentitas NW sangat layak diprihatinkan!.


PR utama PwK NW-Mesir -di mata penulis- adalah menangkis wahabisasi dan teokratisasi tersebut. Tiada lain karena sangat berkenaan dengan asas serta prinsip-prinsip dasar NW, baik NW Pancor maupun NW Anjani!. Nah, dalam mengerjakan PR ini, tidak salah apabila kita menyontek (tepatnya mengambil pelajaran) dari ormas-ormas lain yang -secara kasat mata- lebih berjaya dan patut diteladani.
Kita lirik NU dan Muhammadiyah sebagai dua sayap besar umat Islam di Tanah Air. Keduanya senantiasa optimis bahwa Pancasila dan UUD '45 sudah tepat menghakimi warga Indonesia meskipun mayoritasnya beragama Islam. Sebab, Islam yang dikembangkan NU dan Muhammadiyah adalah Islam yang moderat dan toleran, laiknya Islam yang dibawa walisongo ke bumi Nusantara. Moderatisme dan toleransi itulah yang sejak dulu dijunjung tinggi oleh Pancasila dan UUD '45.
Hemat penulis, NW pun demikian. Islamnya NW adalah moderat dan toleran. Tidak seperti Islamnya golongan lain (khususnya wahabi) yang ekstrim dan diskriminatif meski menjanjikan kesejahteraan. Janji palsu itu terbukti melalui pembongkaran faktual buku "Ilusi Negara Islam" karya KH. Abdurrahman Wahid (mantan Presiden RI), Prof. Dr. Ahmad Syafi'i Ma'arif (Penasehat PP Muhammadiyah) dan KH. A. Mustofa Bisri (Rais Syuriah PBNU). Buku tebal itu secara realistis mempertahankan otentitas NU dan Muhammadiyah dalam mewujudkan visi dan misinya membela Pancasila dan UUD '45 sebagai dasar negara Indonesia.
Yang menarik perhatian dalam buku tersebut ialah dilampirkannya surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (1 Desember 2006) untuk membersihkan Muhammadiyah dari PKS karena tidak sehaluan dengan khittah Muhammadiyah yang moderat, toleran dan menyeluruh. SK tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum Muhammadiyah sendiri, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA.
Selain SKPP Muhammadiyah, dilampirkan pula keputusan Majelis Bahtsul Masa'il NU (2007) tentang khilafah dan formalisasi syariah. Keputusan berharga itu mengadopsi banyak kitab terpercaya tentang tidak bolehnya merubah bentuk dan dasar hukum negara dengan bentuk lain apabila menimbulkan kerugian yang lebih fatal atau melalui jalur yang inkonstitusional. Berikut dilampirkan dokumen-dokumen penolakan PBNU (2006-2009) terhadap ideologi dan gerakan ekstremis transnasional yang mengkampanyekan Khilafah Islamiyah.
Sejak dulu, NU menganut keyakinan bahwa syariat Islam dapat diimplementasikan tanpa harus melalui institusi formal. NU lebih mengidealkan substansi nilai-nilai syariah terimplementasi di dalam masyarakat ketimbang mengidealisasikan institusi. Bahkan KH. Sahal Mahfuz selaku Rektor Institut Islam NU menegaskan bahwa NKRI dengan dasar Pancasila sudah merupakan bentuk final bagi bangsa Indonesia!.
Tak ketinggalan Ketua Umum PBNU, KH. Hasyim Muzadi meminta warga nahdliyin dan umat Islam pada umumnya untuk waspada atas munculnya wacana Khilafah Islamiyah yang kerap dihembuskan oleh kelompok-kelompok Islam radikal yang sebetulnya hanya merupakan gerakan-gerakan politik dan bukan gerakan keagamaan. Seperti jualah Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, Mujahidin, dan lain-lain yang sama sekali tidak relevan dengan kondisi dan kultur Indonesia, bahkan di Arab dan Timur Tengah pun tak kunjung diindahkan!.
Penulis faham serta yakin, NU dan Muhammadiyah tidak mungkin membenci hukum Islam, akan tetapi menjalankan UUD ‘45 -meskipun produk manusia- sungguh lebih aman dan lebih selamat daripada menerapkan hukum Tuhan secara keliru dan sembarangan!. Sangat logis apabila seorang sekuler bersikeras memisahkan otoritas keagamaan (hukum Islam) dari kekuasaan politik, sebab peminat teokrasi itu sendiri belum mengerti sedikitpun tentang esensi hukum Islam; dimana relevansinya masih fleksibel, penerapannya pun sungguh multi tafsir dan kompleks!.
Jika itu kebijakan dan ketegasan NU dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi Islam Ahlussunnah wal Jamaah terbesar di Indonesia (bahkan di dunia), maka setiap warga NW wajib sadar bahwa TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid pun menjadikan Pancasila sebagai asas NW-nya. Dalam poin ini, NW tidak berbeda dengan NU dan Muhammadiyah. So, jika saat ini dan kedepan, NW ingin tampil beda dan membiarkan dirinya terbius oleh virus-virus politis teokratis bersampul Islam, maka yakinlah, NU dan Muhammadiyah tetap lebih besar dan semakin besar, sedang NW semakin menjauh dari otentitasnya dan segera dikuasai dai-dai berhati setan!. Wal-iyadzu billah.
PR penting, bukan ?!?
Oleh: Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc.

Baca selengkapnya...

Monday, November 16, 2009

Nahdlatul Wathan, Organisasi Antik Yang Nyaris Dimuseumkan

Berbeda dengan NU, NW adalah ormas yang lebih kecil sekecil lokasi berdirinya. Namun meski pulau Lombok terlihat kecil, gunungnya amatlah tinggi. Bahkan pendiri NW sendiri tak ragu-ragu menyatakan, gunung rinjani adalah gunung tertinggi sepermukaan bumi!. Apapun mitosnya, NW adalah ormas yang berperan sangat besar terhadap Islamisasi pulau Lombok dan NTB umumnya. Bagi penulis, kehadiran Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Majid dan NW-nya patut disykuri dan dibanggakan. Bukan hanya itu, NW harus diuniversalkan sebagaimana yang Syeikh Zainuddin sendiri cita-citakan.


Memang, universalisasi sebuah organisasi tidak dapat dijangkau dalam waktu yang singkat. Kita harus meninjau lebih dahulu berbagai aspek yang meliputi urgensitas ormas tersebut. Mengapa NW harus mendunia? Pertanyaan inilah yang penulis coba jawab dalam catatan sederhana ini, dan secara cukup spesial penulis persembahkan kepada seluruh warga dan pemuka Nahdlatul Wathan yang ada di setiap penjuru bumi.

Pertama, kemampuan NW dalam mengislamkan Lombok kerapkali diabaikan latar belakangnya oleh masyarakat Lombok itu sendiri. Bagi penulis, perjuangan NW menjadi 100% sukses sebetulnya disebabkan oleh metodologi Syeikh Zainuddin dalam menjalankan dakwahnya, tepatnya adalah metode sufi yang plural, damai dan ampuh, mirip dengan metode walisongo dan pendiri NU di pulau Jawa. Terbukti dari teologi dan mazhab fikih yang ia anut, maupun tarekat sufi yang digagasnya. Dari sini kita harus belajar bagaimana berupaya semaksimal mungkin untuk selalu memprioritaskan kereta sufi saat melintasi rel dakwah kita. Itu pertama.

Selanjutnya, tradisi sufi semacam hiziban, wiridan, selawatan dan ziarah maqam yang begitu indah dijalankan warga NW ternyata memiliki kekuatan tersendiri yang mampu menuntun secara halus kepada sebuah modifikasi positif yang dahsyat dan ketentraman nurani yang kian menciptakan kenyamanan abadi bagi segenap penduduk Lombok. Bahkan penulis berani berkeyakinan, pulau Lombok yang barangkali sensitif dan rawan bencana alam, senantiasa terselamatkan oleh tradisi tersebut. Artinya, tradisi mulia itu wajib kita lestarikan!.
Ormas NW sebagai organisasi sosial, pendidikan dan dakwah tidak jauh dari ramuan-ramuan khas yang disajikan leluhur-leluhur sufi terdahulu. Bukan hanya metode dakwahnya saja, akan tetapi juga dalam menerapkan pendidikan formal maupun non-formal. Etika murid terhadap guru misalnya, atau membaca selawat sebelum mulai belajar di sekolah, dan masih banyak lagi contoh lainnya. Demikian halnya dalam kehidupan bermasyarakat, sudah tidak diragukan lagi bagaimana Syeikh Zainuddin menjadikan disiplin tasawuf sebagai acuan terpenting demi sebuah stabilitas sosial. Semua ini perlu kita kontemplasikan lebih dahulu sebelum berbicara tentang universalisasi Nahdlatul Wathan!.

Mengenal identitas diri sendiri jauh lebih penting sebelum memperkenalkanknya ke orang lain. Meskipun saat ini NW sudah dikenal namanya di mana-mana, hanya saja pengenalan itu belum mampu menyaingi momen-momen indah semasa Syeikh Zainuddin masih bernafas di dunia. Artinya, NW jangan sampai kehilangan identitasnya, begitu juga pemimpin NW masa kini, jangan sampai menggunakan metode lain dengan alasan tasawuf sudah tidak relevan lagi. Lebih riskan lagi apabila sang pemimpin itu ternyata buta tasawuf dan tarekat!.
Satu hal yang tak kalah ironisnya, ketika golongan-golongan anti sufi merasuki NW, kita tidak bertindak tegas, khususnya terhadap mereka yang mereferensikan Ibnu Taimiah dan Ibn al-Qayyim dalam berdakwah, ataupun bersandar pada IM dan HT saat berpolitik dan berteokrasi. Padahal dalam hizib NW, Syeikh Zainuddin begitu tegas menganjurkan kita untuk membaca kitab-kitab penolak wahabi dan pembela sufi. Mengapa ketika sebuah tarekat sufi tertentu hadir di tengah-tengah NW, kita justru mudah menyorot dan memproblemkannya?! Ini merupakan diskriminasi berlebihan, dan setinggi apapun nilai toleransi yang kita junjung, kasus semacam ini perlu kita pelajari kembali agar otentitas NW tidak menjumpai ajalnya!.

Perkara lain yang juga mengkontaminasi ketulenan NW dan menghambat kejayaannya adalah, upaya-upaya liberalisasi pemikiran nahdliyin yang acapkali disalahfungsikan. Bagi penulis, warga NW memang harus berpikiran terbuka, modern dan plural, jangan terlalu primitif, puritan, beku dan klasik serta takut kepada pembaharuan. Hanya saja, tatkala liberalisasi itu melalui jalur yang uncontrolled, justru akan memusnahkan nilai-nilai ke-NW-an yang telah diperjuangakan Syeikh Zainuddin selama puluhan tahun. Bahkan nilai-nilai ke-Islam-an pun menjadi sirna dan pudar!.

Penulis cukup berambisi dalam melakukan sebuah purifikasi positif terhadap NW. Itu lebih prioritas dan urgen sebelum memajukan dan men-dunia-kannya. Pada tahun 2003, penulis didampingi sejumlah kawan mendirikan sebuah organisasi perwakilan NW di Mesir. Misinya tidak jauh dari purifikasi tersebut, sekaligus melakukan kajian-kajian ke-NW-an agar dapat mencetak pejuang-pejuang NW yang handal di masa mendatang. Alhamdulillah penulis terpilih sebagai ketua pertama perwakilan tersebut.

Pada tahun 2006, dalam acara ulang tahun NW yang ke-71 di Mesir, penulis selaku penceramah menghimbau agar NW jangan merangkak lagi, tapi bisa berjalan dan berlari, bila perlu menggunakan kendaraan terlaju dan jangan sampai mogok. Dan yang lebih penting dari itu, NW berjalan ke depan, bukan ke belakang!.

Penulis menambahkan bahwa kata Nahdlatul Wathan berarti kebangkitan bangsa. Sedikit tidak, misi utama pendiri NW adalah membangkitkan Indonesia dari segala sisinya. Nah, membangkitkan sebuah negara haruslah dimulai dari pembangkitan diri sendiri, dan itulah visi tasawuf yang diajarkan Syeikh Zainuddin, dimana tasawuf sebetulnya tidak menuhankan individualisme dan eksklusifisme, akan tetapi merubah dunia dan memperbaikinya dengan sebuah start berupa perbaikan diri sendiri dan pengukuhan spirit hamba dengan Yang Maha Esa.

Di waktu yang sama, penulis menyatakan kekhawatiran penulis apabila keterbelakangan provinsi NTB disebabkan kekakuan NW dalam menghadapi perkembangan zaman yang kini serba modern dan plural. Paling tidak kita harus toleran dan siap menerima perbedaan untuk menghindari perpecahan ataupun keterbelakangan dan agar NW ini tidak mati sendiri oleh seleksi alam. Itu pula visi tasawuf yang sejak dulu meneladankan toleransi dan kedamaian menuju sebuah kemajuan dan kejayaan.

Sekali lagi, sejarah sudah membuktikan bahwa tasawuf lah kunci kejayaan NW. Tasawuf adalah kunci kebangkitan bangsa (Nahdlatul Wathan). Dari itu, pertanyaan "mengapa NW harus mendunia" di atas dapat terjawab dengan "karena NW adalah organisasi sufi", dimana sufisme NW (atau sufisme Islam secara umum) memang harus diuniversalkan demi sebuah kejayaan yang esensial, dan demi kemerdekaan umat dari jajahan-jajahan wahabi serta antek-anteknya!. Kalau tidak, maka NW dapat saja besar namun jauh dari otentitasnya bak NW di masa Syeikh Zainuddin. Atau, NW menjadi organisasi antik yang nyaris dimuseumkan!.
Salah satu contoh (untuk direnungkan) adalah sewaktu penulis pulang ke Tanah Air November 2008 yang lalu, pertanyaan yang tak jarang dilontarkan ke penulis ialah seputar membalikkan tangan (mengarahkan telapak tangan ke bawah) sewaktu qunut. Saat itu penulis hanya menjawab tidak ada nash yang tegas melarang hal tersebut. Kemudian membalikkan tangan merupakan sebuah ekspresi penolakan, sehingga cukup fithri apabila seseorang membalikkan tangannya di saat menolak suatu bala'. Dan Islam adalah agama fithrah.

Akan tetapi setelah kakak penulis pulang pada bulan Mei 2009, ternyata pertanyaan itu masih terus berkumandang. Aneh, padahal masalah itu sudah kuno dan basi. Artinya, telah dituntaskan para ulama dan fuqaha terdahulu. Membalikkan tangan saat berdoa menolak bala' pun dilakukan mayoritas umat Islam di seluruh dunia dan di setiap masa, sejak dahulu kala sampai detik ini juga. Penulis yakin para penanya itu sebetulnya telah terkontaminasi oleh doktrin-doktrin wahabi yang secara halus merasuki keyakinan kaum nahdliyin di Lombok, baik melalui sebuah parpol ataupun gerakan semi jihad!.

Dalam Shahih Muslim telah diriwayatkan dari Saidina Tsabit dari Saidina Anas bahwa Rasulullah Saw. sewaktu berdoa saat istisqa', beliau menghadapkan punggung tangan beliau ke arah langit. Berdasakan riwayat tersebut, Imam Nawawi dalam syarah beliau menyatakan bahwa para ulama telah memfatwakan sunnah membalikkan tangan dalam setiap kali berdoa menolak bala' (tidak hanya dalam istisqa' saja). Sedangkan ketika memohon sesuatu untuk diraihnya, maka tangan dikembalikan seperti semula.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani pun mengutip pernyataan Imam Nawawi di atas dalam kitab "Fathul Bari". Dalam Sunan Abi Daud pun disebutkan pernyataan yang sama, yakni saat istisqa' Rasulullah Saw. menghadapkan telapak tangan beliau ke arah tanah (ke bawah) hingga nampak jelas ketiak suci beliau Saw.

Selanjutnya, dalam kitab tafsir "Fathul Qadir", Imam al-Syaukani menafsirkan ayat 90 surat al-Anbiya' yang berbunyi "Yad'unana raghaban wa rahaban" dengan penafsiran bahwa "raghaban" maksudnya berdoa dengan menjadikan telapak tangan di atas, sementara "rahaban" dibalikkan ke bawah.
Senada diterangkan Imam al-Shan'ani dalam kitab "Subul al-Salam" dan Imam Ali bin Abi Bakr al-Haitsami dalam kitab "Majma' al-Zawa'id" maupun imam-imam lainnya. Demikian analisa ulama terpercaya seputar membalikkan tangan saat berdoa menolak bala’. Selain bala’, semoga Tuhan pun menyelamatkan kita dan NW dari penyakit fatal bernama ghaba’ (kebodohan), Amien!.
Misal lainnya ketika penghormatan dan pemuliaan warga NW kepada para ulama setempat dipandang menjerumus kepada pengkultusan dan fanatisme buta. Demikian pula ketika Jamaah Wirid Khusus (Tarekat Hizib) NW dan parade kesaktiannya terus dipermasalahkan oleh komunitas -sok- terpelajar dengan beraneka dalih mereka. Tak ketinggalan tradisi hiziban, perayaan maulid, pembacaan barzanji, dzikir berjamaah, dll. semakin meminim, dijauhi bahkan dipertentangkan warga NW itu sendiri. Semua itu tiada lain disebabkan oleh kebutaan yang semakin parah terhadap nilai-nilai sufisme Islam dan moderatismenya!.

Dalam hal ini, penulis sangat berterima kasih kepada kakanda, TGH. Sholah Sukarnawadi, Lc. atas buku berseri yang kini hangat diluncurkannya di tengah-tengah NW dengan sebuah judul unik yaitu “NW: No Wahabi”. Buku berseri ini meski tampak sederhana dan hanya untuk kalangan sendiri, namun ia sangat mampu menggandeng sekaligus menuntun warga NW menuju alam yang lebih terang benderang, dengan sebuah revolusi spiritual dan pencerahan intelektual yang belum pernah ditempuh para pemuka NW di Lombok!.
Sekali lagi, inti dan titik terberat catatan ini ialah pelestarian tradisi NW yang berbasis sufi demi sebuah kejayaan yang lebih gemilang di masa mendatang. Karena sungguh, “tasawuf memiliki peranan mulia yang luara biasa besar dalam menyebarkan agama Islam serta menyampaikannya ke banyak suku dan bangsa yang masih buta agama. Orang-orang tasawuf lah yang telah berhasil mendekatkan hati kepada Islam melalui keseharian dan perilaku yang mulia serta kehidupan yang betul-betul mencerminkan Islam secara esensial dalam kemudahan dan keindahannya”. Demikian ungkap Prof. Dr. Muhammad Rasyad Abdul Aziz Dahmesh, mantan Dekan Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Universitas al-Azhar Mesir.
Bagaimana? Masih bersedia memperjuangkan NW ?!?.

Baca selengkapnya...

Profile Malcolm X

Menelusuri perjalanan hidup
“ MALCOLM X ”
Sang penegak panji Islam di Amerika

Malcolm x (1925-1965), bernam kecil malcolm liltle, adalah produk dari kondisi-kondisi sosial yang sebenarnya (rasisme kulit putih, kemiskinan, keluarga yang rusak,obat,dan kriminal) yang di kecam dan di perangi oleh ellijah muhammad. Riwayat hidupnya yang mencontohkan transpormasi pribadi dan religius yang terjadi pada Natin of islam.


Di lahirkan di Omaha,Nebraska, Malcolm hanya sedikit sekali mengenal kehidupan berkeluarga dan mengalami pengucilan sosial ddan kemiskinan seperti yangdi alami oleh kebanyakan kaum kulit hitam di Amerika. Ia menyalahkan kaum kulit putih, sebuah masyarakat yang rasis,atas terbunuhnya ayahnya (seorang pendeta baptis dan pengikut Marcus gevey). kahancuran mental dan perumah-sakit-jiwaan ibunya dan pecahnya dengan delapan anak lecil ini hingga bercerai-berai di berbagai panti asuhan.meskipum malcolm adalah seorang siswayang berbakat di sekolah dasarnya, pengalaman rasisme dan perasangkanya membawanya ke pengasingan dan penolakan atas masyarakat Amerika.Ia menjadi seorang Germo dan Bos yang hidup dengan bergelimang dengan obat dan kriminalitasdi perkampungan-perkampungan Rooxbury, Massachusetts dan kemuddian di Herlem, New york city yang membawanya ke penjara.

Selama dalam penjara inilah ia mendidik dirinya ,membaca buku tentang sejarah, politik dan agama. Ia menjadi yakin bahwa “agama Keristen adalah agamanya kaum kulit putih “. Dan bahwa injil di tangan kaum kulit putih dan penafsirannya menjadi satu-satunya senjata yang tercanggih untuk mrmperbudak kaum non kulit putih. Pada tahun 1948 ia resmi bergubung dengan ellijah muhammad dan menerima ajaran Nation of islam, terterik dengan nasionalisme kulit hitam dan militansinya dalam mengancam rasisme Amarika maupun dengan program kemandirian Ellijah muhammad. Malcolm litle pun lalu menjadi malcolm x, ”x” yang melambangkan apa jadinya ia kini: eks-perokok, eks-pemabuk,eks- kristen dan eks-budak.

Seorang penceramah berbakat , dinamis dan fasih. sosok yang kharismatik, malcolm x muncul dengan cepat di di jajaran nation of islam hingga namanya menasional. Ia banyak mengorganisaasikan kuil Nation of islam , mamulai majalah muhammad sepaks-nya nation of islamdan menjadi tokoh yang efektif dan militan bagi Nation of islam pada sat Amerika di tengah-tengah gerakan hak sipil.elijam muihammad menangkap bakat dan prestasi malcolm , dan menunjuknya menjadi pendeta pada kuil-kuil utama Natin of islam di boston dan kemudian kuil 7 di herlem pada pertengahan 1954. Malcolm di sebut sebagai duta nasional Nation of islam. Yaitu orang kedua setelah Ellijah muhammad sendiri.

Di markasnya di New york Malcolm x menjadi juru bicara yang paling terkemuka bagi Ellijah muhammad, (merekrut salah para aggota dan salah satunya adalah Cassius clay yang berganti nama menjadi muhammad ali sang petinju dunia legendaris). Mendirikan banyak kuil, menyebarkan pesan-pesan nation of islamke seluruh penjuru negeri dan dunia internasonal . sejak awal 1960-an ia mendapatkan liputan media yang luas. keterlibatannya yang semakin jauh ke dunia politik nasional dan internasional ,maupun kontaknya dengan muslim-muslim sunni di amerika dan dunia muslim lainnya, menyebabkan perubahan bertahap dalam falsafah keagamaannya.sebuah prkembangan yang menempatkannya dalam keganjilan terhadap ajaran-ajaran Elijah muhammad .pada saat yang sama , Wallace D.muhammad,putranya Elijah muhammad yang sangat banyak terpengaruh oleh Malcolm,juga tengah menghadapi masalah-masalahketika mempertanyakan sebagian ajaran-ajaran ayahnya.meskipun belum tampak saat itu, keresahan-keresahan ini adalah perubahan terhadap Malcolm (dan perubahan pada meyoritas Nation of islam sendiri) dari komukitas dan ajaran-ajaranNation of islam ke arah komunitasdan ajaran arus utama islam,atau umat islam internasional.

Sementara Elijah muhammad memperjuangkan separatisme dan kesewadenbadaanyang menghindari keterlibatan dalam ”politik masyarakat putih”, malcolm sendiri kemudian percaya bahwa “sation of islamjustru akan menjadikekuatan yang lebih besar dalam perjuangan kaum hitam amerika secara keseluruhan jika kita melakukan banyak aksi”.ia berbicara dengan lantang tentang sejumlah persoalan: gerakan hak-hak sipil ,perang vietnam,solidaritas untuk perjuanagan kemerdekaan di afrika yang terjajah.

Pernyataan-pernyataannya seperti ini menjadikannya sebagai target-target yang empuk bagi mereka yang berada di dalam Nation of islam yang iri terhadap ketenarannya,dan akibatnya ia merakan dirinya semakin terpingirkan . komentar terbuka pada bulan november 1963 bahwa pembunuhan terhadap presiden Jhon F.kennedy adalah “tindakan ayam betina (pengecut) yang pulang untuk meneram” menjadi alasan elijam muhammad untuk membungkam Malcolm selama 90 hari.

Pada bulan maret 1964, malcolm meninggalkan Nation of islam untuk memulai orgnisasinya sendiri dan satu bulan kemudia ian pergi menunaikan ibadah haji ke tanah suci makkah.di sinilah Malcolm memperbaharui syahadatnya-memeluk islam sunni sebagaimana lazimnya. Haji mengakibatkan Malcolm dan ajaran-ajaran keagamaan Natiom of isalam berhadap-hadapan dengan ajaran umat islam dunia, jelas sekali menunjukkan kontradiksi-kontradiksinya . Malcolm tidak tahu bagaimana cara menunaikan shalat lima waktu sebagaimana juaga tidak pernah menunaikan empat rukun isalam lainnya.

Malcolm menunaikan dan mengalami haji yang menitik beratkan pada kesetaraan semua muslim,mengabaikan ras,suku,atau kebangsaannya dan kemudian ia menyadari bahwa “kita semua sebenarnya adalah sama (saudara) karena iman mereka kepada Tuhan yang maha Esa, membuang “putih” dari benak mereka ,membuang “putih” dari perilaku mereka dan membuang “putih” dari sikap mereka . ia kembali menjadi muslim dan bukan bukannya seorang muslim hitam, megubah namanya menjadi El haj malik El-shabbazz.seperti yang kelak di katakan oleh Betty shabbazz, istrinya. “ia pergi kemekkah sebagai seorang muslim hitam dan dari sana ia kembali menjadi hanya seorang muslim”. Demukan pula ia juga merubah silapnya tentang nasionalisme hitam menjadi Pan-Afrikanisme, yang bercita-cita menyatukan orang-orang Afro-amerikadengan ikatan-ikatan kultural dan religius mereka di afrika.

Pada tanggal 21 februari 1965,El haj malik El-shabbazz (dulu malcolm x) di bunuh ketika ia tengah berbicara di depan hadirin di Neo york. Dua anggota Nation of islam di yakini seabagai pembunuhnya, kemudian kuil no.7 maupun sekolah dn jalan-jalan di namakan dengan namanya.

Dekade 1960-an adalah periode transisi Nation of islam.baik Malcolm x maupun wallace D. muhammad (putra elijah muhammad), masimg-masimg dengan caranya sendiri mempertanyakan dan menggugat sebagian ajaran-ajaran dan strategi Elijah muhammad. Bahkan wallace dan saudaranya , Akbar muhammad seorang maasiswa yang belajar tentang islam di mesir dan Skotlandia dan menjadi ulamak yang terkemuka di keluarkan dari Nation of islam oleh ayah mereka. Namun menjelang akhir masa hayatnya Elijah muhammad menunaikan iabadah haji ke mekkah dan mulai memodifikasi sebagian ajaran-ajarannya. Sejak ia meninggal, sekontroversial apapun elijah muhammad dan Nation of islam, para walikota di kota-kota utama Amerika secara terbuka mengakui sumbangan konstruktif Nation of islam kepada warga kota dan masyarakat.

Writen by: eM-Ka elFaridi

Baca selengkapnya...

Rihlah ke Alexandria

Di tengah kesibukan anda dalam menata waktu, belajar, berfikir bahkan berkarya, tentu membutuhkan keluanngan waktu untuk istirahat. Istirahat merupakan tindakan yang tepat untuk menghilangkan rasa jenuh, bosan, dan cape. Dari berbagai macam cara beristirahat, tentu Rihlah tak kalah asyik dan menariknya. Ini hanya sebuah prolog dalam tulisan kali ini.



Rihlah ke Alexandria….., siapa yang tak kenal Alexandria.....???, Alexandria salah satu kota di ujung utara mesir. Kota yang didirikan oleh Iskandariyah Agung, kotanya begitu indah, jalan-jalannya begitu bersih, mobil-mobil berlalu lalang dengan tertib, serta pemandangan pantai yang indah di sepanjang jalan. Kota yang memiliki wisata pantai yang menakjubkan, kita bisa melihat luasnya lautan ujung benua Afrika, berenang atau sekedar melepas jenuh disana, setelah itu taman Al-Montazah sudah menanti, di taman itu kita bisa melihat indahnya pantai Alexandria serta merasakan hembusan angin sepoi-sepoi di ujung benua Afrika, dan berbagai macam tanaman dapat anda lihat.

Masih banyak pesona lain yang ditawarkan kota Alexandria, salah satunya adalah perpustakaan besar yang diberi nama Alexander, perpustakaan ini memiliki bentuk yang cukup unik, sangat megah dan luas serta dihiasi dengan ornament yang indah. Buku-buku dari berbagai macam disiplin ilmu dan bahasa bisa Anda jumpai disini. Perpustakaan yang didirikan atas kerjasama pemerintah Mesir dan UNESCO ini juga menyimpan alat-alat percetakan pada zaman dahulu. Untuk mempermudah akses layanan juga disediakan layanan internet gratis.

Hari Ahad 11 Oktober 2009, kami dan temen-temen PwK NW-Mesir mengawali perjalanan ke kota tersebut, kami berangkat dengan jumlah 15 orang, memilih El-Tramco Travel sebagai alat transportasi dengan alasan agar lebih cepet dan aman serta puas menikmati perjalanan. Indah terasa indah dalam perjalanan menuju kesana, angin sepoi-sepoi menegur sapa, keindahan kota sepanjang perjalanan pun tak terlewatkan. Sampailah kami ke tujuan, azan sholat zuhurpun berkumandang, kami mengajak sopir membelokkan setir mobilnya menuju Masjid tempat maqom waliyulloh Imamuna Imam Busyairi (pengarang burdah yang begitu tersohor), suasana hati ketika sholat di masjid tersebut sungguh tenang, tak lupa pula kami berdo’a di tempat yang berkah itu, dengan wasilah waliyulloh semoga Allah mengabulkan do’a kami, amin biamin ya amin allohumma amin.

30 Menit sudah berlalu…………,
sesuai waktu yang direncakan Ziarah maqom selama 30 menit, sebelum melanjutkan perjalanan rihlah, kami istirahat sejenak di taman terdekat dan makan siang disana….., indah terasa indah…, kami lanjutkan perjalanan ke Benteng Alexander, rasa penasaran yang sering muncul di benak kini sudah bisa dilihat dengan mata kepala sendiri, pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan, apa keindahan benteng ini??? Kenapa banyak orang yang mengunjunginya???, kami coba menjawab setelah kami melihat benteng tersebut, setiap orang mungkin akan mempunyai pertanyaan yang berbeda dan jawaban yang berbeda, emang perbedaan itu biasa…hehehe.

Tak terasa waktu berputar begitu cepet, panas terik matahari makin terasa, cahayanya makin condong kearah barat, itu tanda menjelang sore, kami dan temen-temen terasa cape di benteng hingga waktu yang telah direncakan tak dihabiskan. Kami mengajak sopir menuju ke Perpustakaan tertua “perpustakaan Alexander”, kami menghabiskan waktu yang cukup banyak disana, keindahan bangunan perpustakaan terlihat, kelengkapan buku-bukunya, baik buku berbahasa arab, inggris, francis, dan banyak buku-buku berbahasa lain, tulisan-tulisan manuscrift pun ada disana, berbagai alat percetakan zaman dahulu juga tersimpan disana. Berbagai macam fasilitas pun disediakan, kursi dan meja belajar, Internet, dan lain lain. Suasana baca di perpustakaan tersebut sangatlah asyik, wajar kalau pengunjung berdatangan begitu banyak. Kami menghabiskan waktu yang cukup banyak disana, tak terasa deringan telpon berbunyi, panggilan dari sopir travel bahwa waktu sudah habis untuk kunjungan di perpustakaan tersebut. Kami segera telpon temen-temen agar kumpul balik di tempat parkir. Azan Sholat Magribpun berkumandang, kini saatnya kami diantar ke penginapan.

Kilo Meter Wahid Waisriin Agami nama tempat penginapan awal kami, ketika sampai disana kami sempat disanjung sopir, “kalian hebat bisa milih penginapan disini”……, kemudian sopir membalikkan setir mobilnya ke arah cairo, kami belum sempat masuk ke rumah penginapan, setelahnya, apakah yang terjadi ….??? Silahkan baca sampai selesai.

Sebelum memasuki rumah penginapan kami mendapatkan masalah, mulai dari kunci yang sudah ditukar dan masalah lain. Sampai sempat kami minta izin ke pemilik rumah untuk merusak kunci gembok yang tak bisa terbuka, namun karna satu dan lain hal kami batalkan. Kami sebagai penyelenggara diteror sana sini, namun kami tak bisa bilang apa-apa, hanya sabar…sabar… dan sabar. Kami tahu ini sebuah resikobagi kami, dan kami harus bertanggung jawab, dalam benak kami hanya harus terlintas sebuah SOLUSI bukan sebuah AMARAH, karena amarah tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan bisa melepaskan tanggung jawab. Kami segera nelpon sana sini, mulai tekan tombol kanan HP, karena biasa disana kami setting Tombol ke Contact, kami cari no Hp temen yang berdomisili di sekitar daerah tujuan, dari nomor yang satu kedua, dua ketiga, Telpon pertama diangkat orang mesir bertanda salah yang dihubungi, telpon no hp ke dua, Alhamdulillah hati lumayan tenang, karena temen setia kami Ust. Muhammad Syar’I alias Abu As’ary mengangkat telpon dengan sebuah senyuman, emang beliau biasa tersenyum, kemudian kami mulai berterus terang kalau kami ada masalah, dan sekarang berada di lokasi tujuan, kami minta tolong untuk dicarikan hotel terdekat, namun susah didapatkan, ada satu hotel yang kami dapatkan, sayang biaya penginapannya tidak terjangkau. Alhamdulillah akhirnya Ust. M.Syar’i yang biasa kami panggil Ust. Syar’i dapat menampung kami di tempat tinggalnya, semoga kebaikan beliau dibalas dengan berlipat ganda, amin ya robbal alamain.

Senin 12 Oktober 2009 pukul 09:20 kami berangkat ke taman Al-Muntazah, masalah yang sempat mengacau kebahagiaan rihlah kami hilang begitu saja, sangat amat wajar, karena di taman Al-Muntazah ini sungguh menakjubkan, taman yang biasa dijadikan tempat peristirahatan raja-raja mesir sebelum revolusi mesir meletus, taman Al-Muntazah terletak dipinggir pantai, hanya dengan tiket seharga enam junaih mesir dapat memasuki taman ini. Taman ini begitu indah, bunga-bunga berserak, pohon-pohon kurma tegak dengan tandan-tandanya yang membuat air liaur menyeruak. Hampir seluruh tandannya sewarna, merah. Musim panas, merupakan musimnya berbuah. Rerumputan hijau menghampar, menari-nari, mata menyapu ke sluruh penjuru. Sejuk, angin-angin pantai mengelus-elus halus pipi-pipi kasar tempelan debu. "Susah dikata dengan kata-kata.". “ini baru namanya Rihlah” ungkapan yang spontan dilontar oleh saudara Khudori salah satu anggota rihlah. Alhamdulillah, kami senang sekali. Penasaranpun hilang." Berbagai pujian dan ungkapan senang keluar dari mulut kami. Begitu indah Muntazah, sehingga sulit untuk dirangkaikan dengan kata-kata. Tak hanya mereka yang menikmati semua itu, para pengunjung lain pun terlihat, mulai dari yang kecil sampai yang tua-tua. Pasangan muda-mudi juga tak kalah, mereka terlihat ditiap-tiap pojok kebun, berdua-duaan. Bule-bule pun tak ketinggalan, kamera-kamera menggantung di leher mereka, mencari objek yang indah sebagai kenang-kenangan. Pukul 04:30 kami balik ke penginapan tepatnya di Mansiyah Jawazat.
Esok hari, selasa 13 Oktober 2009 pukul 11:00 kami meninggalkan kaki dari Kota Alexandria ke Kota Nasr City Cairo, tempat tinggal kami. Inilah perjalanan singkat Rihlah temen-temen PwK NW-Mesir Priode V Masa bakti 2009-2010.
Syukron , semoga bermanfaat.
Written by: M.Al-Azhari

Baca selengkapnya...

NADHAM BATU NGOMPAL karya imam al-ampenani

Nadham “Batu Ngompal” adalah salah satu kitab yang menjelaskan tata cara membaca Al-qur’an secara fasih dan tartil, kitab yang sama berjudul “Anak nunggal taqrirat Batu ngompal” keduanya di tulis dengan Arab melayu. juga terdapat kitab tajwid berjudul ”Nailul Athfal” yang di karang oleh Al-magfuru lahu Maulana Asysyaikh TG,KH. Muhammad Zainiddin Abdul majid sekitar tahun 70-an di desa kelahiran beliau yaitu Desa Bermi, Pancor, Lombok Timur, nusa tenggara barat (NTB). ketiga kitab tersebut menunjukkan perhatiannya yang cukup besar dalam bidang baca tulis Al-qur’an.



Kitab tersebut adalah terjemahan dari kitab Nadham “Tuhfatul athfal wal-ghilman fi tajwidilqur’an” karya Imam Sulaiman Al-jamzury Al-misry (1930 .H) yang merupakan salah satu kitab rujukan yang paling penting bagi para Ahli qiro’at setelahnya, terbukti oleh penulis sendiri beberapa kitab besar seperti “Mausuatul qur’aaniyah”,“ bidayatul murid” dan “ Bughyah Al thalibiin” yang mengambil setandar dan memakai Nadham tersebut sebagai penguat pendapat-pendapat mereka.

Selain itu juga di antara bukti-bukti pentingnya kitab Tuhfatul athfal ini beberapa syarah telah di sususun oleh para ulama’ diantaranya seperti kitab “hidayatunnaasyiin” oleh Syaikh Mustafa bilal dan kitab “Mihnatu zil jalal” oleh Imam ali budho’ Al-misry. dan lainnya.

Maulana Asysyaikh memang sengaja menterjemahkan kitab tersebut ke dalam bahasa melayu dengan tujuan untuk memudahkan bagi pelajar Sasak secara khusus dan Indonesia secara umum, seperti yang di ungkapkan dalam muqoddimahnya, beliau mengatakan:

Wa (ba’du) ini terjemah melayu
Untuk anak yang (mubtadi’) berguru
Anak sasak bangsaku Indonesia
Pada hukum tajwid kitab yamg mulia
Di terjemah dari kitab yang bernama
(Tuhfatul athfali) kitab yang utama
Di namakan (Nadham batu ngompal) atas
Air otak murid rajin tidak malas

Selain itu kalau di perhatikan secara seksama Nadham batu ngompal memiliki nilai yang tidak kurang dari kitab-kitab matan lainnya. itu bisa di buktikan dari segala aspek, baik dari segi susunan kalimatnya yang sangat puitis, mudah dihafal, difahami dan yang lebih menarik lagi adalah terdapat padanya nilai-nilai kehidupan dan rangsangan-rangsangan Rabbani. hal ini tidak terlepas dari diri pengarang sendiri yang benar-benar ahli dalam bidang ilmu ‘Arud dan mutafannin dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sehingga kalimat yang tersirat dan tersurat di dalamnya tidak jauh beda seperti yang ada dalam Nadham tuhfatul athfal. coba perhatiakan bait syair berikut ini, di dalam Bab Mim sukun beliu mnguraikan nya seperti ini:


Awas jangan (ikhfa’) pada (wawin , wafaa’)
Karena dekat dan bersatu jangan lupa
Sangat pas dan mirip sekali baharnya (timbangan lagunya) dan maknanya dengan apa yang di uraikan oleh Imam Al-jamzuri dalam kitab Tuhfatu athfalnya yaitu:
وَإحْذَرْ لَدَى وَاٍو وَفَا أَنْ تَخَْتَفِْي # لِقُرْبِهَا وَاْللِإتَحَادِ فَاعْرِفِ

Nah! untuk membuktikan ini semua silahkan pembaca membandingkanya dengan teks Tuhfatul athfal…!

Baca selengkapnya...

"MOGA" Dalam Gumam Harapan "DO'A"

Disinilah……..aku bisa mengerti akan arti dari sebuah perjalanan hidup yang kian membuatku kadang terdiam yang suatu saat juga selalu memaksaku mengarunginya sampai sedalam mungkin untuk aku dapat meraih sebuah kepastian yang ada dan pasti,bukan aku tak sadar namun hasratku sangat sulit menggugah jiwaku yang hampir punah mendekati kematian selalu kurasakan melemah,melempuh,membuat akal sehatku berjalan menelusuri jejak yang menyesatkan semua,indah terasa indah kala napsu menghias emosi yang berjalan sombong tampa memijak bumi,hampa terasa hampa bila aku tak pernah bisa memahami arti berdiriku di sini memandang kedepan bersama resah yang menggundah untuk berjalan pergi menelusuri makna sebuah kebijakan diri,walau dalam secebis kenyataan aku terus dan terus menebarkan sayapku terbang berada di bawah birunya langit yang pada tamannya terpancar sinar keindahan yang kan selalu mengabadi,peluhku mengucur deras membasahi seluruh jiwa ragaku terasa panas menyentuh,menusuk hingga kedalam nadiku yang kini hancur berantakan termakan waktu yang begitu mesra membelai sisi nyawaku yang masih tersisa.



Disinilah…….kan tetap ku jalani semua bersama indah pahitnya senyum,melantun indah menjawab setiap tanya yang menjelma dari lentera hidupku setiap saat kurasakan akan memadam dan mati untuk selama lamanya meninggalkan kepingan kepingan indah yang kusut dan punah hingga tak berarti lagi bagiku,dan menyisakan kehampaan menakutkan hatiku untuk mengingat semua yang telah berlalu,pergi,dan takkan kembali disini bukan sepi yang ku takutkan namun ketika aku senang aku tak pernah bisa berbagi dengan mereka menikmati semua yang biasa membuat kami melemparkan senyum sejauh mungkin menebar aroma putih terus mengaroma setiap waktu diiringi masa yang semakin berlalu ,berlari,meninggalkan bayang yang tak memasti
Disinilah……...ketika kedua matakku kubuka dari tidurnya yang memejam bersama bayang bayang gelap yang hanya ada dalam sadarku setengah menyata, kala aku berdiri setengah tegap memaksaku menjadi sengap kucoba bersuara namun tak paham saat ku berteriak melantunkan suara entah telinga mendengar indah bersama hati dan jiwa merasakan semua?entah…..tak tahu dan tak menentu semuanya bila ingin aku teruskan akan terjawab dengan ketidak pastian…………………………Kian terasa lelahku menanti seuntai kata”ya”
Dalam doaku kuselipkan gumam harapan”moga”
Harapan yang kian merapuh ingin kujadikan utuh
Hingga semua kurasakan ada dan sangat menyentuh

Kuarahkan tatapan kedepan bersama hati yang sulit terasa menenang
Ingin berjalan walau hanya kaki mampu menapak setengah langkah
Hai…aku,cobalah berkeinginan dan iringi dengan penuh keyakinan
Lihat belakangmu maka rengkuh dan sentuhlah jangan kau sia siakan

Bila dia ada mengapa hanya kau rasakan seperti biasa?
Tak pernah setidaknya kau jadikan ia wujud keistimewaan
Lalu mengapa setelah melenyap kau hadirkan ungkapan Tanya
Kemana,dimana,pada saat kau bertemankan kesendirian yang tak bermakna

Sekarang disini hanya terdengar suara air mata yang mengungkapkan rasa luka
Bahkan di sana menyata diriku oleh sosok yang membayang
Indah terasa bersama iringan pahit datang mencoba
ulurkan terus jiwa lapangmu biarkan ia menerima

Aku coba memanggil”hai”siapa saja yang tak menentu
Maksud dan tujuan kian tak pasti siapakah gerangan yang berada di situ
Bersama lamunan mata tak terpejamkan
Diam tak bicara seribu membisu

Bilakah aku mencari lalu kau berada disini?
“tidak”jawabmu tak pernah memasti ”ia”diammu terungkap separuh hati
Perasaanku berawal dari ketidak pastian
Walau dalam kenyataan aku lahir sepenuhnya bersama tangisan

Dialah hatimu manakala kau jiwai
Bukankah kau mengerti lalu kau pahami saat itulah kau sadari
Jangan pernah berlari namun terus dekati akan kau dapatkan menyata
Bahkan terasa

Senyumkan perasaanmu sekuntum melati merekah
Seindah harum syurgawi membau sejati
Disini tetap berdiri tediam sepenuh ku amati
Denyut nadi jangan pernah berhenti mengiringi dan terus jalani

Aku……aku…….aku…….sampai datang mati
Mengharap akan bersama melangkah sehidup dalam abadi
Ini…….,.akan terus ku nikmati

Baca selengkapnya...

Le Pacha

“Jangan dijajah dengan pesona pandanganmu akan tubuh-tubuh Kaukasia itu. Kutunggu kau di Le Phaca pukul 8 malam ini”.

Saat itu siang menjelang sore. Aku sedang menikmati suasana di Paradise Island ketika ponselku bergetar lalu kubaca 2 kali.

“hahaha…tenang, seleraku tak kan berubah. OK. Traktir aku Cappucino”.

Aku mengirim pesan balik tanda setuju. Aku masih tiduran di bibir laut ini. Memandangi biru terbentang. Membiarkan pikiran melayang lalu kembali bersama ombak kecil mencumbu pantai. Anna Nadifa Aprilia. Kukenal dia 6 tahun lalu di kereta bawah tanah. Kebetulan tujuan kami sama: turun di stasion Sadat, menaiki berpuluh anak tangga, lalu bergegas ke lantai 2 Kantor Imigrasi. Sama sepertiku, Anna juga hendak memperpanjang visa tinggal. Sejak itu jadilah kami sahabat karib. Berkirim kabar, ngobrol di café, menonton teater di Opera House sampai berdebat soal Farag Fouda, sastrawan Mesir yang hayatnya berakhir tragis itu.



Sekali aku pernah iseng bertanya:

“Ayahmu pintar. Beliau membuatku tak mengerti arti kosa kata Nadifa”

“Semoga kau tak bermaksud memujiku”. Lalu tawamu pecah.

“Kalau kau anggap itu pujian, maka selamat tersanjung” balasku tak mau kalah dengan sedikit mencibirkan bibir.

“Baiklah kawan, mungkin karena Ayahku suka dengan banyak hal yang berbau Afrika. Jadi beliau memberikan ‘Nadifa’ sebagai hadiah kelahiranku. Nadifa adalah nama Somalia berarti: yang lahir diantara dua musim”.

“Oh..kenapa aku gak berfikir bahwa ‘Aprilia’ adalah petanda”.

“Hehehe…iya. April adalah pancaroba. See, Ayahku tak suka membuat teka-teki tanpa kunci jawaban. Pintar bukan”. Kaupun tertawa lagi. Lepas. Putih gigimu berbaris rapi menelanjangi mukaku.


Aku tersenyum. Sedang matahari masih warna jeruk. Turis-turis Eropa yang kegerahan di negara mereka, berlalu lalang di hadapanku. Pulau ini tak seberapa besar. Semuanya adalah pasir. Tak ada pepohonan kecuali sebatang pohon Kurma imitasi yang menjulang tinggi. Di dekatnya berjejer hurup-hurup besi: PARADISE ISLAND. Di daerahku pulau kecil disebut Gili. Ah… pulau seperti ini saja dinamakan Paradise Island. Jika mereka menyaksikan pulau-pulau kecil nan indah di negaraku, entah mereka akan kasi nama apa. Orang sini memang sangat percaya diri dengan apa yang mereka miliki. Kawan di kampusku dulu pernah berkata: Negaramu emang terlalu rendah diri. Kawasan yang sangat luas aja dinamakan Taman Kecil. Yang dia maksud adalah Taman Mini Indonesia Indah. Dia betul. Alangkah luasnya taman yang dianggap mini itu. Sebuah taman yang kawasannya berada di bawah administrasi 4 Kelurahan dan 3 Kecamatan!.

Aku menarik nafas kuat-kuat sebagai salam perpisahan untuk pulau pasir ini. Namun bukan seperti Mandy Moore yang menarik nafas dengan membungkukkan badan lalu menghembuskannya sambil mendongak beberapa saat setelah keluar dari bar Marquis de Sade dalam cerita Chasing Liberty. Aku hanya menariknya pelan. Menghembuskannya juga dengan pelan. Ma’assalama, selamat tinggal ucapku ke gili ini. Sebab kapal yang akan membawa kami meninggalkan pulau ini sudah datang. Rencanaku setelah sampai hotel adalah 30 menit di kamar mandi, ganti baju, menyusuri artshops di jalanan sekitar hotel, kemudian menuju Hurgadha Downtown menemui Anna.

Tak ada angkot atau bis menuju Downtown. Taksi menjadi alternatif satu-satunya. Dengan roda empat ini, 15 menit kemudian aku akan sampai di tujuan. Melewati kawasan pasar 1001 malam, lalu pas di pusat keramaian pertokoan souvenir di sepanjang jalan 6th October, aku turun. Membayar ongkos dengan uang pas, aku bergegas melangkahkan kaki ke café itu. Setelah menyapa waiter di pintu muka, lantas pandanganku mengitari kursi, meja, para pengunjung, pelayan, barista, sampai pandanganku membentur tulisan ‘smel it before you taste it’. Dan dibawah tulisan itu duduklah seorang perempuan dengan 2 cangkir di meja. Aku yakin salah satu cangkir itu berisi capuccino pesananku. Dialah Anna Nadifa Aprilia.

“Aku hanya telat 7 menit saja kan?”. Aku langsung menyergahnya. Aku tidak suka memulai kalimat dengan kata ‘maaf’ jika berhadapan dengan sosok perempuan ini.

“Rileks Bam, aku gak akan menghukummu hanya karena 7 menit” sambutnya.

“Maka terima kasih Tuhan, seorang perempuan tak memancungku dengan ceramahnya tentang tepat janji, disiplin waktu hingga Tokyo, dimana bis kota selalu datang tepat waktu….hahahaha”

“Jangan senang dulu Bung, 7 menit itu telah merenggut sebuah kenikmatanmu”

“O,,,ya? Apakah itu, saudari?”

“Aroma kopi yang baru disajikan tak dapat kau hirup” sambungnya sambil memberi isyarat ke tulisan di atas kami.

“Better late than never” langsung aja ku angat tangkai cangkir itu, mencium aromanya sebentar lantar menyerubutnya 1 kali saja.

Setelah basa basi itu, kami terdiam. Memfokuskan diri pada seorang gadis yang membawakan lagu teranyar dari Norah Jones. Vocal gadis itu cukup kuat, walau tetap tak bisa menyamai Norah. Tuhan memang memberi anugerah berbeda pada tiap orang. Dan anugerah paling nyata dari gadis itu adalah aku dan Anna juga pengunjung yang lain terkesima serta tepuk tangan meriah seusai penampilannya.

“Menurutmu apakah penyanyi muda itu beruntung terlahir disini?”. Anna membuka pembicaraan tanpa menggeser posisi duduknya

“Oh iya…dia beruntung dengan roti, keju dan salad” jawabku sekenanya. Aku gak tau dia serius atau lagi ingin membuka topik jenaka.

“Dia beruntung karena kehidupannya disini persis mimpi yang gagal dari Kartini puluhan tahun lalu”

“Emansipasi? Bagiku perempuan disini hidup dalam emansipasi serupa dahan dari tonggak yang tak konsisten. Bergerak kemana angin situasi membawanya”.
Sengaja kutekan nada bicara pada kalimat terakhir. Aku ingin liat responnya.

“Situasi memang membuat nakhoda merubah haluan kawan. Jangan pungkiri itu. Bukankah nikmat kebebasan setelah berada di kungkungan kultur yang membuatmu seperti murai yang berkicau kencang dalam sangkar?”

“Justru dengan kebebasanlah kita bisa melihat sejauh mana konsistensi seseorang. Kau lihat sendiri seorang pegiat kesetaraan bisa menulis berpuluh-puluh tulisan, beragam argumen serta aneka bukti pendukung emansipasi. Tapi di lain kesempatan, para perempuan itu selalu ingin didahulukan ketika antri di imigrasi atau di tempat pembayaran bill listrik dan telpon”.
Aku yakin dia akan terpancing. Dan biasanya akan menyerang dengan kata-kata halus tapi bernas. Dan ternyata betul. Dia mengatur posisi duduknya, mungkin karena kata-kataku tadi menumbuhkan bulu-bulu keras di kursi hingga mengganggu posisi duduknya.

“Ah Bam…kau jangan seperti tukang kayu dimana semua hal kau anggap paku lantas kau pukul-pukul. Yang kau sampaikan itu adalah kejadian parsial, sebatas apa yang kau saksikan. Dan itu tak bisa dipake men-judge. Mari saja kita ambil positifnya. Jika dibandingkan perempuan-perempuan di negeri kita, kita ketinggalan. Lihat aja di daerahmu, perempuan disana bak benda mati aja. Ketika mau nikah, di larikan dari rumah orang tuanya. Lalu ketika cerai, si perempuan itu harus kembali ke rumah orang tuanya. Gak ada jaminan nafkah dan tempat tinggal. Akhirnya aku tak menganggap bahwa gejala yang kau sampaikan tadi adalah buah dosa Qasim Amin yang pertama kali memperkenalkan emansipasi ke negeri ini”.

Wow, Anna seperti memberi kuliah kepadaku. Kulihat ia menahan tawa setelah menghirup kopinya. Begitulah gaya bincang-bincang kami. Akrab, bernyawa, seru dan penuh determinasi. Bukan untuk saling mengalahkan. Namun berhenti pada sebuah kecenderungan gaya obrol yang sama-sama kami suka. Kadang-kadang begitulah cara kami bercanda.

“Oke..oke…soal Qasim Amin, aku gak ingin lanjutkan. Karena sepertinya bukan untuk itu kau undang aku kemari. Bukankah begitu saudari?”

“Iya…sejatinya ada hal lain. Beberapa waktu ini menggangguku. Yang tak ingin aku lakukan adalah mengorbankan sebuah jalinan keakraban demi aku sendiri. Terus terang aku tidak mau seperti itu….”
Anna tak melanjutkan ucapannya. Tumben ia seperti gelisah. Ia seolah kikuk dihadapanku. Sikap yang tak biasa. Ia menarik nafas pelan. Mungkin ia mencoba mengontrol sesuatu di dalam dirinya. Sedang aku sendiri, tetap menunggu ucapan selanjutnya. Aku masih belum mengerti arah pembicaraannya. Biarlah aku diam dulu sampai ia benar-benar bisa mengutarakan maksudnya.

“Puncaknya adalah kemaren malam. Ketika kebimbangan membuat mata kebal kantuk, kutenggelamkan diri dalam Hamlet saja. Kurasakan diriku hadir di sana. Ketika perang usai, dan sang raja menatap kekalahan dari tepi. Willy benar ketika ia menulis bahwa banyak pertimbangan tidak hanya membuat seseorang jadi lambat bergerak, tapi lama-lama juga mendidiknya menjadi seorang pengecut. Dan kau tau, aku tidak ingin seperti raja itu. Yang menyadari kekeliruannya justru setelah kalah”

“Jika memang seperti itu, maka jangan kau tunggu peluang hilang karena ragumu. Jika sampai itu terjadi, maka saat itu kau sedang tak menjadi dirimu yang selama ini aku kenal. Jika dikatakan kaum intelektual adalah komunitas otak kiri hingga cenderung lambat beraksi, itu bukanlah kesalahan absolut. Tapi jangan karena prediksi-prediksi, kita menjadi kehilangan keyakinan akan adanya kejutan dalam hidup. Selalu ada kejutan. Selalu ada hal yang tak terduga. Pergantian nasib bukanlah variabel – variabel dalam sebuah deret linier. Jadi melangkahlah…seperti kau yang kukenal”

Aku berusaha meyakinkannya. Bukan karena aku sendiri lebih berani darinya. Tidak sama sekali. Inilah sesungguhnya adaptasi itu. Ketika kawan disampingmu dilanda kecemasan, berusahalah untuk membuatnya yakin. Jika ia dalam masalah, berusahalah membuatnya tetap tegar. Walaupun kau sendiri sedang cemas atau dalam masalah. Usaha meyakinkan sahabatmu adalah ajakan pada dirimu sendiri untuk yakin.

“Bam, kau tau…mungkin inilah yang menyebabkan persahabatan kita awet. Dan aku ingin seperti itu seterusnya. Aku yakin kau juga begitu. Tapi ada yang manusia suka lupa. Mungkin karena tatapan mata bisa menembus tapal yang jauh. Hingga apa yang sebenarnya dekat dan akrab menjadi terabaikan. Kenapa aku berfikir tentang dua dewasa yang harmonis dimasa depan pada saat keharmonisan itu justru ada di hadapanku sejak lama? Aku tak ingin yang dekat itu lepas karena bayanganku akan tatanan harmonis di awang-awang”.

Anna menghentikannya ucapannya. Kemudian berdiri dan cepat meraih sebuah kertas kecil dari sakunya.

“Aku gak takut selangkah lebih maju dari kamu. Bacalah setelah punggungku tak terlihat” ucapnya sambil menaruh kertas di hadapanku.

Aku hanya bisa heran. Belum jelas benar apa kesimpulanku dari kata-katanya tadi. Sekarang ia malah bergegas pergi dan meninggalkan lipatan selembar kertas. Aku pandangi kertas itu. Lalu menoleh ke arah perginya Anna. Setelah dia melewati pintu dan pandanganku terhalang waiter muda itu, kuraih kertas itu lantas lipatannya ku buka.
“Kembang mencairkan nektarnya karena ia butuh serangga. Tapi tetap saja serangga yang harus mendekat dan mengisapnya. Datang dan katakan: kau adalah masa depanku”.
Kalimat-kalimat itu tertulis rapi. Kurenungkan sejenak lalu senyumku merekah. Ia adalah kembang, aku adalah serangga. Berarti dia menungguku untuk mengucapkannya. Aku jadi benar-benar mengerti sekarang apa maksud ucapannya tentang keakraban yang dekat dan karib tapi kerap dilalaikan. Senyumku makin sumringah. Berarti apa yang pernah aku pikirkan dulu ketika bayanganku untuk mengakhiri keakraban ini dengan suatu ikatan yang sacral bukanlah dosa. Rasanya aku ingin berlari mengejarnya sekarang.


* * *

Tak terasa kedua mataku berkaca-kaca. Kudekap erat Bening, buah hatiku dengan Anna. Ia terisak di dadaku. Baru kali ini aku menceritakan bagaimana awal kisah cintaku dan Anna kepada Bening. Tepat di hari ketika setahun lalu ibu nya yang anggun itu meninggalkan kami untuk selamanya. Hamartoma merenggutnya dari sisi kami. Terimalah Tuhan….terimalah dirinya.

Baca selengkapnya...

  © Blogger template 'Ladybird' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP