"Hadirilah Sidang Disertasi Doktoral Bapak Tuan Guru Bajang TGKH. M. Zainul Majdi, M.A, nanti hari Sabtu, 8 Januari 2011 M, pukul: 10:00 Waktu Kairo, di Aula Syeikh Abdul Halim Mahmud Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo " " Pokoknya NW, Pokok NW Iman & Taqwa " " Inna Akromakun Indi Anfa'ukum Linahdlatil Wathan Wainna Syarrokum Indi Adhorrukum Binahdlatil Wathan " " Dewan Tanfidziyah Perwakilan Khusus Nahdlatul Wathan Mesir Periode VI Masa Bakti 2010-2011 "

Saturday, November 28, 2009

Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Tafsir Al-Qur’an di Dunia Islam

Pada masa hidup Rasulullah,saw. Kebutuhan tentang tafsir Alqur’an belumlah begitu di rasakan. sebab apabila para sahabat tidak atau kurang memahami sesuatu ayat Al qur’an, mereka dapat langsung menanyakannya kepada Rasulullah, saw. Dalam hal ini rasulullah selalu memberikan jawaban yang memuaskan. Setelah rasulullah s.a.w wafat, apalagi setelah islam menebar sayapnya ke luar jazirah Arab, dan memasuki daerah-daerah yang berkebudayaan lama, terjadilah persinggungan antara kebudayaan baru islam yang masih dalam bentuk kesederhanaan-nya degan kebudayaan lama yang sudah sangant berpengalaman, perkembangan daya keuletan juang di pihak lain, Di samping itu kaum muslimin sendiri menghadapi persoalan-persoalan baru, terutama dalam bidang kepemerintahan dan pemulihan kekuasaan berhubung dengan meluasnya daerah islam itu. Pergeseran, persinggungan dan keperkuan ini menimbulkan persoalan baru. Persoalan baru itu akan dapat di pecahkan apabila ayat Alqur’an di tafsirkan dan diberi komentar untuk menjawab persoalan-persoalan yang baru itu. Maka tampillah kemuka babarapa orang Sahabat dan Tabi’ien memberanikan diri menafsirkan ayat Alqur’an yang masih bersifat umum dan golobal itu, sesuai dengan batas-batas lapangan berijtihad bagi kaum muslimin.


Demikianlah, setiap generasi akan mewarisi kebudayaan generasi-generasi sebelumnya; kebutuhan suatu generasi berlainan dan hampir tidak sama dengan kebutuhan generasi lain. Begitu pula perbedaan tempat dan keadaan, tidak dapat di katakan sama keperluan dan kebutuhannya, sehingga timbullah penyelidikan dan pengolahan dari apa yang telah di dapat dan di lakukan oleh generasi-generasi sebelumnya, serta saling tukar-menukar pengalaman yang di alami oleh manusia pada suatu daerah dengan daerah yang lain; mana yang masih sesuai di pakai, mana yag kurang sesuai dilengkapi dan man yang tidak seuai lagi di kesampingkan, sampai nanti keadan dan masa membutuhkan pula.
begitu pula halnya dengan Alqur’an ; ia berkembang mengikiti irama perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan manusia dalam suatu generasi. Tiap-tiap generasi melahirkan tafsir –tafsir Alqur’an yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dengan tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama islam sendiri. Dalam pada itu ilmu tafsir yang dahulu merupakan bahagian dari ilmu hadis telah berkembang sama dengan ilmu-ilmu yang lain, maka didalam ilmu tafsir terdapat pula aliran-aliran dan perbedaan pendapat yang timbul karena perbedaan pandangan dan segi peninjauannya, sehingga sampai saat ini terdapat puluhan, bahkan ratusan kitah-kitab tafsir dari berbagai aliran, sebagai hasil dari karya-karya generasi sebelumnya. Dalam menguraiakan perkembangan kitab-kitab tafsir dan ilmu tafsir dapat di bagi dalam tiga periode; yaitu periode mutaqoddimin, mutakhkhirin dan periode baru.
1) Periode mutaqoddimin
Penyebab umum timbulnya penafsiran periode ini
Al-qur’an kariem di turunkan dalam bahsa arab, karena itu pada umumnya orang-orang arab dapat mengerti dan memahaminya dengan mudah. Bahkan para sahabat adalah orang-orang yang paling mengerti dan memahami ayat-ayat Al-qur’an. akan tetapi para sahabat itu sendiri mempunyai tingkatan yang berbeda-beda dalam memahami Alqur’an. Hal ini terutama di sebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan dan kcerdasan para shabat itu sendiri.
Sumber-sumber penafsiran periode ini
Pada masa ini penafsiran Alqur’an bersumber pada:
1. Perkataan, perbuatan, taqrir dan jawaba-jawaban dari Rasulullah saw. Atas soal-soal yang di kemukakan oleh para sahabat karena ketidak tahuan mereka ataupun karena pertanyaan dari ahli kitab yang ingin membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad saw.
2. Ijtihad. Di antara para sahat dan tabi’ien dalam menafsirkan Alqur’an , di samping menggunakan hadis-hadis juga mereka menggunakan ijtihad mereka masing-masing. hal ini mereka lakukan karena mereka mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan bahasa arab, asbabunnuzul, adat-istiadat jahiliyyah dan sebagainya.
3. Cerita-cerita israiliyyat. Ialah cerita yang berasal dari orang-orang ahli kitab . kaum muslimin banyak menerima cerita dari israiliyyat ini. sebab Rasulullah sendiri pernah bersabda yang maknanya: “bila di kisahkan kepada kamu tentang ahli kitab maka jangan di benarkan dan jangan pula di anggap dusta” maksudnya adalah supaya kaum muslimin menelitinya terlebih dahulu tentang kebenarannya.
Ahli tafsir pada periode ini
Pada zaman sahabat terkenal beberapa mufassir diantaranya adalah para khalifah sendiri yaitu Abu bakar, umar bin khattab, utsman bi affan dan Ali bin abi thalib (radiyallahu anhum). sahabat yang paling banyak mengambil riwayat daripadanya ialah; Ali bin abi thalib, Abdullah bin abbas, Abdullah binmasud dan Ubay bin ka’ab.
Para tabiien yang banyak meriwayatkan dari ibnu Abbas adalah Mujahid, Atha’ bin rabah (27-114), ‘Ikrimah (25-105), dan Sa’id bin jubair (45-94 h). Semuanya adalah murid-murid Ibnu abbas sendiri. Tentang murid-murid Ibnu abbas yang empat orang ini telah berbeda penilaian di kalanganulamak, Mujahid adalah yang mendapat kepercayaan dari Ahlul hadis yaitu; Imam Syafi’ie, Bukhari, Muslim dan imam lainnya banyak mengambil riwayat darinya. Di samping itu banyak pula yang mengeritik karena sering berhubungan dengan ahli kitab namun keritikan-keritikan itu tidak mengurangi nilai beliau, demikian pula halny dengan Atha’ bin rabah dan said bin Jubauir. Adapu ikrimah banyak orang yang mengambil riwayat dari beliau, berasal dari bar-bar di afrika utara, serta bekas budak ibnu Abbas. Namun setelah di merdekakan dia langsung berguru pada beliau.
Dia antar tabiien yang banyak mengambil riwayat dari Abdullah bin masud ialah Masruq bin Ajda’ keturunan Arab dari bani hamdan, berdiam di kufah. Kemudian Qatadah bin diamah seorang arab yang berdiam di basrah.
Pada periode ini belumlah di dapati kitab-kitab tafsir, kecuali kitab-kitab tafsir yang di tulis oleh orang-orang terakhir di antara mereka yaitu orang mendapati masa Tabiittabiien. Setelah datang angkatan tabi’ittabi’ien barulah di tulis buku-buku tafsir yang melengkapi semua surat-surat Al-qur’an. Buku tafsir yang mereka tulis itu mengndung perkatan-perkataan para sahabat, tabi’ien dan tabi’ittabi’ien. Dan diantara tabi’ittabi’ien yang menulis tafsir itu ialah: Sufyan bin uyaynah, yazidbin harun, Al kalby, muhammad ishak, Al waqidy dan lainnya.
Penulis tafsir yang terkenal pada periode itu adalah Alwaqidy (207 H), sesudah itu baru Ibnu jarir Attabari (310 H). Tafsir Ibnu jarir adalah tafsir Mutaqaddimin yang paling besar dan sampai ketangan genersi sekarang.
2) Periode mutaakhirin
Setelah Agama islam meluaskan sayapnya ke daerah-daerah yang berkebudayaan lama, seperti persia, asia tengah, india, syiria, turki, mesir, etopia dan afrika utara. Terjadilah persinggungan danpergeseran antara kebudayaan islam dengan kebudayaan lama yang sudah di olah, berkembang serta mempunyai kekuatan dan keuletan.
Maka sejak waktu itu mulailah kaum muslimin mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang di anut oleh kebudayaan tersebut. Karena itu kaum muslimin mempelajari ilmu logika, filsafat, eksakta, hukum, kedokteran dan sebagainya. Sehingga dalam beberapa waktu saja telah dapat di miliki dan di bukukan ilmi-ilmu gaya bahasa, ilmu kindahan bahasa, dan segala yang berhubungan dengan ilmu bahasa.
Perubahan ini menimbulkan pula perubahan dalam penyusunan dan pemikiran kitab-kitab tefsir. Ahli tafsir tidak hanya mengutip dari para sahabat, Tabiien dan Tabiittabiien saja, tetapi mulai menyelidiki, meneliti danmembandingkan apa-apa yang telah oarang terdahulu dari mereka. Tidak hanya sampai demikian saja, bahkan para mufassir mulai menafsirkan dari segi gaya bahasa, keindahan bahasa, tata bahasa, di samping pengolah tafsir-tafsir Alqur’an dengan ilmu yang mereka miliki. Karena itu terdapatlah kitab-kitab tefsir yang di karang dan di tinjau dari berbagai segi yaitu:
1. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Alqur’an dari segi gaya bahasa dan keindahan bahasa. Yang menyusun seperti ini adalah seperti Azzamakhsyary dalam tafsirnya “ Al kasysyaf”. dan kemudian Al baydhowy dalam tafsirnya ” Anwaruttanzil fi attakwil”
2. Golongan yang meninjau dan menafsirkan Alqur’an dari segi tata bahasa, kadang-kadang mereka menggunakan syair-syair arab ntuk mengokohkan pendapat mereka . seperti Azzajad dalam Tafsirnya “Maanil qur’an”, Alwahidy dalam tafsirnya “Al bashit”, Abu hayyan dalam tafsirnya “Albahrul muhit”.
3. Golongan yang menitik beratkan pembahasan mereka dari segi kisah-kisah dan cerita terdahulu seperti Atssta’laby, Alauddin al bagdady. Dan tafsir Al khazin juga tergolong aliran ini.
4. Golongan yang mengutamakan penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum, menetapakan hukum-hukum fiqih. Penafsiran seperti ini adalah seperti Alqurtuby dalam tafsirnya “Ahkamul qur’an”, Al jashas dalam tafsirnya “Ahkamul qur’an, Hasan siddiq khan dalam tafsirnya “ nailul maram”.
5. Goongan yang menitik beratkan pada tafsirnya dengansifat-sifat Allah. Ayat-ayat yang seakan-akan berlawanan dengan sifat ketuhanan, lalu dengan panafsiran itu teranglah bahwa ayat itu tidaklah bertentangan dengan sifat-sifat ketuhanan yang sesungguhnya. aliran ini yang terkenal seperti Fakhruddin arrazi dalam tafsirnya “Mafatihul ghaib”.
6. Golongan yang menitik beratkan penafsirannya pada isyarat-isyarat Alqur’an yang berhubungan dengan ilmu suluk dan thasawwuf, seperti tafsir Attsaury.
7. Golongan yang hanya memperkatakan lafaz Akqur’an yang gharib (jarang di pakai dalam keseharian) seperti “ mu’jam Algaribil qur’an”, nukilan Muhammad fuad abdul baqy dari sohih bukhary.
Di samping itu kita juga mendapatkan kitab-kitab tafsir yang beragam sesuai dengan aliran aqidah misalnya tafsir golongan mu’tazilah dan syi’ah.dan lainnya.
3) Tafsir pada periode baru
Periode ini boleh di katakan di mulai sejak akhir abad ke 19 sampai saat ini. Penganut agama islam setelah sekian lama ditindas dan di jajah bangsa barat telah mualai bangkit kembali. di mana ummat islam telah merasa agama mereka di hinakan dan menjadi alat permainan, serta kebudayaan mereka telah di rusak dan di nodai.
Maka terkenallah modernisasi Ialam yang di lakukan di Mesir oleh tokoh-tokoh islam jamaluddin Alafghani dan murid beliau syaikh Muhammad abduh. Di pakistan dan india di pelopori oleh sayyid ahmad khan. modernisasi ini bukan di mesir dan pakistan saja tapi menjalar juga ke indonesia yang di pelopori oleh H.O.S cokro aminoto dengan syarikan islamnya kemudian K.H.Ahmad dahlan dengan gerakan Muhammadiyyahnya dan K.H. Hasyim asyari dengan N.U-nya serta tidak ketinggalan pula K.K M.Zainuddin abdul majid dengan organisasi NW-nya.
Bentuk modernisasi pada masa ini adalah menggali kembali Api yang telah hampir padam, membela agam islam dari serangan barat, kaum muslimin mempelajari pengetahuan dan kemajuan-kemajuan, bahkan tradisi barat yang di pakai barat untuk di jadikan alat penangkis serangan-serangan itu.
Begitu pulalah kitab tafsir yang di karang periode ini, mengikuti garis perjuangan dan jalan pikiran kaum muslimin pada waktu itu, seperti halnya : tafsir “Almanar” yang di tulis oleh rasyid ridha, tafsir “mahasinutta’wil” oleh syeh jamaluddin Alqosimi, tafsir “Ajawahir” oleh thabtowi jauhari dan lainnya yang tidak seidkit jumlahnya.

Tafsir Alqur’an di indonesia
Usaha penafsiran Alqur’an dalam bahsa indonesia telah di lakukan oleh para ulamak islam indonesia. Sampai sekarang telah ada beberapa kiatab Alqur’an selangkapnya yang sudah di terbitkan.
Dalam PELITA 1 (1969) penafsiran Alqur’an adalah termasuk salah satu proyek yang di utamakan, sebagaimana halnya penterjemahan Alqur’an yang di laksanakan oleh Departemen Agama RI. Untuk pelaksaaannya maka di bentuklah dewan penyelenggeara tafsir Alqur’an (SK menteri Agama no. 90 tahun 1972). dewan ini telah menyelesaikan tugasnya dan akhirnya “Al qur’an dan tafsirnya” dapat di terbitkan (dalm 10 jilid dan 1 jilid muqoddimah).
Demikianlah...!!! wallahu a”lam bisshowab.... walhamdulillah



Oleh: eM_Ka alfaridi
Mahasiswa Univ. Al Azhar.
jurusan Tafsir dan ilmu-ilmu Alqur’an

0 comments:

  © Blogger template 'Ladybird' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP