"Hadirilah Sidang Disertasi Doktoral Bapak Tuan Guru Bajang TGKH. M. Zainul Majdi, M.A, nanti hari Sabtu, 8 Januari 2011 M, pukul: 10:00 Waktu Kairo, di Aula Syeikh Abdul Halim Mahmud Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo " " Pokoknya NW, Pokok NW Iman & Taqwa " " Inna Akromakun Indi Anfa'ukum Linahdlatil Wathan Wainna Syarrokum Indi Adhorrukum Binahdlatil Wathan " " Dewan Tanfidziyah Perwakilan Khusus Nahdlatul Wathan Mesir Periode VI Masa Bakti 2010-2011 "

Sunday, December 6, 2009

Membangun Dua Pilar Ummat

"Kamu adalah sebaik-baik umat yang yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kebaikan, mencegah kemunkaran dan beriman kepada Allah SWT".

Pilar utama: kekuatan individu (wa tu'minuna billah)

Salah satu pilar penting yang membangun umat adalah kekuatan individu dengan landasan iman yang kuat, hati dan spiritual yang selalu yaqzhah (terjaga/mawas diri). Dengannya seorang muslim akan mampu menyelaraskan kehidupannya antara dunia dan akhirat, perkataan dan perbuatan. Hati yang hidup bertindak sebagai pengawas yang selalu memonitori setiap tingkah laku, bahkan menjangkau hal-hal yang tak mampu ditangani oleh peraturan umum yang berlaku di sekelilingnya sekalipun.



Sikap seperti inilah yang disebut dengan ma'rifatullah, yaitu iman mutlak atas pengawasan Allah. Barang siapa yang peka dengan pengawasanNya, maka ia juga akan lebih baik dalam mawas diri. Jika demikian berarti ia telah mencapai martabat Ihsan: kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu.

Jika seorang muslim telah berada dalam maqam ini, maka ia akan menjadi pribadi yang kuat, apapun perannya dalam kehidupan; sebagai orang tua, anak suami, isteri, remaja dan sebagainya. Ia pun akan mampu mengendalikan dirinya dengan baik ketika ditimpa berbagai macam cobaan dan kesulitan.

Pilar kedua: opini publik yang Islami (ta'muruna bil ma'ruf wa tanhauna 'an al-munkar)

Tidak cukup disebut umat yang ideal jika kekuatan individu tersebut tidak ditopang dengan opini publik yang sehat. Karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Maka kerjasama yang solid atas kebaikan mutlak diperlukan. Harus jelas batasan-batasan/standar baik dan buruk, bukan justeru sebaliknya: yang halal diremehkan, yang haram malah dianggap hal yang lumrah bahkan membanggakan. Saking urgennya perkara amar ma'ruf nahi munkar ini, Rasulullah pernah menyinggungnya dalam hadist bahwa salah satu pemicu kerusakan umat adalah jika mereka telah melalaikan amar ma'ruf nahi munkar. Maka Rasulullah melarang umatnya dari sifat egois (imma'ah). Kita dianjurkan berbuat baik kepada orang yang baik, namun tidak membalas kejahatan orang yang berbuat jahat, melainkan memberinya arahan dan nasehat. Kita juga dapat mengambil hikmah dari kisah seorang ahli ibadah yang hendak dilemparkan gunung ke arahnya lantaran dia rajin beribadah namun tidak memperdulikan sesama muslim di sekelilingnya. Ini menunjukan pentingnya amar ma'ruf nahi munkar.

Maka kedua pilar ini harus diselaraskan untuk melahirkan umat yang ideal. Berapa banyak orang yang imannya kuat, namun dengan mudah goyah oleh opini publik yang tidak sehat. Tidak sedikit juga orang yang awalnya tidak memiliki akhlak yang terpuji, namun dapat dengan mudah membangkitkan imannya dengan bantuan lingkungan yang baik.

Saat ini dunia mulai terbalik. Hawa nafsu dan kebodohan manusia lah yang telah membalikkan fakta, menyamarkan perkara halal dan haram bahkan mencampuradukkannya. Padahal antara keduanya itu bayyin (jelas). Opini publik telah tercacati oleh segala macam penyimpangan-penyimpangan agama. Maka bukanlah perkara mudah mempertahankan kekuatan individu yang dimiliki. Orang yang baik di tengah-tengah masyarakat yang buruk bagaikan permata yang berkilau, akan selalu dicari. Atau bahkan bisa dianggap hal yang aneh dan langka. Begitu pula orang yang buruk di tengah-tengah lingkungan yang baik, nurani kecilnya akan merasa bersalah dan ciut. Dengan petunjuk Allah barangkali dia akan selalu merasa resah dan bersalah dengan keadaan itu, lantas lambat laun akan merubah dirinya ke arah perbaikan. Namun sebaliknya, jika ia lari kepada dirinya sendiri (hawa nafsu), justeru ia akan dapat mencemari opini publik yang sehat tersebut dengan keburukan akhlaknya.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana dua pilar kepribadian tersebut dapat terbangun pada sosok seorang muslim? Sedangkan realita yang berbicara selama ini menegaskan bahwa betapa banyak seorang anak terlahir tanpa pendidikan Islam yang baik dari kedua orang tuanya? Degradasi moral yang melanda umat manusia saat ini juga turut berperan serta dalam meluluhlantakkan cita-cita agama dan bangsa untuk melahirkan generasi unggul imtaq dan ipteknya. Para pendidik tidak lagi memperhatikan aspek-aspek moralitas dalam pengajarannya. Para ulama dan kaum intelektualitas hanya sibuk memperdebatkan siapa yang benar mana yang salah. Belum lagi serangan musuh-musuh Islam dari luar yang menyusup ke dalam tubuh umat, mengadu domba, memecah persatuan dan mempromosikan tema-tema liberalisasi di bawah topeng demokrasi, toleransi, persamaan dan lainnya. Kedua pilar umat yang seyogyanya terbangun justeru diruntuhkan oleh kebodohan umat Islam sendiri.

Ya, jika masing-masing individu tidak segera bertindak maka idealisme tersebut akan tertindas oleh kelengahan kita sendiri Idealisme tersebut hanya akan menjadi teori tanpa bukti, sementara setiap kita bertugas untuk menjunjung tinggi keizzahan Islam. Maka sebagai langkah awal membangun kembali dua pilar umat tersebut adalah melihat kembali peran masing-masing kita, mempelajari dan memahami dengan benar untuk kemudian diamalkan. Jika anda seorang remaja, mulailah berpikir ke depan, evaluasi berbagai aspek yang diperlukan untuk memperkokoh pemahaman agama dan kepribadian ideal, menyadari bahwa anda lah asset umat yang kelak juga akan menjadi orang tua yang mendidik anak-anaknya. Jika proses pemurnian akhlak tersebut tidak dimulai dari anda, bagaimana kelak dapat melahirkan generasi yang baik? Jika anda seorang suami dan kepala keluarga, sudahkan memahami dengan benar tugas berat tersebut, dimana anda lah yang kelak dimintai pertanggungjawaban atas baik buruknya keluarga anda? Jika anda seorang ibu rumah tangga, sudahkan anda siap menjadi figure teladan bagi anak-anak anda? Menciptakan suasana rumah penuh keharmonisan, sikap-sikap islami dan saling menghargai? Ya, setiap pelakon hendaknya menanyakan kembali peran masing-masing sebagai bahan evaluasi dan introspeksi diri untuk kemudian sama-sama bangun dan menyadari bahwa persoalan umat ada di diri kita masing-masing, bukan dimana-dimana. Memang, persoalan umat sebenarnya lebih rumit dari yang kita bayangkan. Namun paling tidak hal itu dapat diminimalisir dari sini, dari setiap diri kita, sehingga perlahan-lahan kedua pilar umat (kekuatan individu dan opini public yang Islami) tersebut dapat terbangun kembali.
Wallahu a’lam.

* Amie el-banzary

0 comments:

  © Blogger template 'Ladybird' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP